Senin, September 24, 2012

Sebuah Catatan


Banyak yang wawasannya internasional tapi belum punya grass root understanding yang memadai. Memandang Indonesia sebatas Jakarta-Surabaya-Makassar saja. Lebih lagi mereka yang duduk di kursi pemerintahan. Segala keputusan diambil di ‘kursi nyaman’ tanpa mencoba mengenal lebih dekat. Hasilnya pertumbuhan ekonomi meningkat 7%. Fantastis memang. Membuat Indonesia dilirik dunia sebagai negara dengan perekonomian yang potensial. Sayang laju pertumbuhan yang tinggi ternyata hanya dinikmati sebagian pihak. Belum lagi ‘teori’ yang menyatakan pertumbuhan ekonomi akan sebanding dengan pertumbuhan tenaga kerja ternyata tak bekerja ketika kita sedemikian rupa menggenjot sektor industri padat modal. Bukan padat karya. Hasilnya malah pertumbuhan ekonomi meningkat sebanding dengan pertumbuhan kesenjangan ekonomi penduduk kota dan rural area.

Masalah peningkatan perekonomian dan mengusahakan pemerataan memang masih menjadi dua hal yang dilematis dikalangan pemerintahan. Satu lagi ‘pilihan’ yang diciptakan untuk membingungkan policy maker. Padahal mestinya hal ini bisa saja berjalan beriringan ketika si policy maker punya pemahaman akar rumput yang memadai. Lagipula berita baiknya, ‘kebangkitan’ kalangan menengah di Indonesia dewasa ini menciptakan banyak sekali pergerakan, lembaga sosial, dan komunitas yang bersama-sama bekerja untuk pembangunan. Dengan demikian akan lebih banyak lagi orang yang benar-benar memahami akar rumput dan membawa manfaat membangun lingkungan sekitarnya. Optimisme kemajuan Indonesia tidak saja berkembang dalam diri dunia internasional sebagai penonton melainkan ikut hidup dalam hati bangsa. Permasalahannya adalah bagaimana menciptakan ‘evolusi’ kemajuan bangsa menjadi sebuah proses ‘revolusi’ dalam artian yang lebih cepat dan lebih tepat sasaran. Demikian sektor ekonomi telah berkembang dan ‘punya arah’ yang pasti untuk dikerjakan. Namun pertanyaan berikutnya : Apa cuma kebangkitan dari sektor ekonomi yang benar-benar masyarakat Indonesia butuhkan?

Dari sisi pendidikan faktanya masih banyak isu yang beredar dan keputusan yang diambil tanpa memahami permasalahan di akar rumput terlebih dahulu. Sebut saja isu pembangunan PTN di seluruh kabupaten di Indonesia. Demikian juga dari sisi penataan ruang dengan penggusuran dan pembangunan banyak rumah susun di bantaran sungai. Belum lagi visi mewujudkan good governance dengan peningkatan teknologi. Intinya, ada banyak solusi untuk mengatasi masalah. Tapi solusi yang efektif dan efisien cuma satu. Solusi yang benar benar memahami akar rumput cuma satu. Dan itu yang harus ditemukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar