Rabu, April 13, 2011

Ekosistem Rawa Gambut

Download versi pdf disini





























1. Pengertian Hutan Rawa Gambut

Hutan rawa gambut merupakan hutan dengan lahan basah yang tergenang yang biasanya terletak di belakang tanggul sungai (backswanp). Hutan ini didominasi oleh tanah-tanah yang berkembang dari tumpukan bahan organik, yang lebih dikenal sebagai tanah gambut atau tanah organic (Histosols). Dalam skala besar, hutan ini membentuk kubah (dome) dan  terletak diantara dua sungai besar.

Bentukan lahan yang membentuk kubah menciptakan perbedaan ketinggian antara daerah tepi sungai dengan puncak kubah. Hal ini yang menciptakan kemungkinan adanya aliran air dari puncak kubah ke pinggiran sungai hingga menciptakan komposisi lahan yang khas dan dapat menunjang kehidupan-kehidupan yang ada dalam ekosistem tersebut.

2. ProsesTerjadinya Hutan Rawa Gambut


Hutan rawa gambut  terbentuk dalam 10.000 – 40.000 tahun. Awalnya berupa cekungan yang menahan air tidak bisa keluar. Setelah 5.000 tahun, maka permukaan akan naik. Lama-kelamaan hutan rawa gambut secara bertahap akan tumbuh. Karena air tidak keluar dan terjadi pembusukan kayu, maka terjadi penumpukan nutrient. Kalau kawasan rawa gambut dibuka, maka air dan nutriennya akan keluar, dan yang akan terjadi adalah kawasan rawa gambut akan dangkal dan unsur hara sangat sedikit.

3. Hutan Rawa Gambut di Indonesia

Terdapat 400 juta hektar lahan gambut di dunia, 90 % diantaranya terdapat di daerah temperate dan 10 % sisanya berada di daerah beriklim tropis. Indonesia sendiri mempunyai 20.6 juta Ha atau 10.8 % luas daratan Indonesia. 35% di Sumatera, 32% di Kalimantan, 3% di Sulawesi dan 30% di Papua. Fungsinya yang penting bagi keseimbangan ekosistem membuat lahan ini patut dipertahankan. Sementara menurut Widjaya-Adhi 4,19 juta hektar hutan rawa gambut Indonesia telah dialihfungsikan.

4. Komponen Penyusun Hutan Rawa Gambut

Beberapa komponen penyusun ekosistem termasuk ekosistem Hutan Rawa Gambut adalah sebagai berikut :


Berdasarkan sifat hidup atau tidaknya, komponen ekosistem dibagi dua:
1.      Komponen Biotik : Komponen Hidup
Terdiri atau flora, fauna, maupun manusia yang hidup dalam suatu lingkungan ekosistem, dalam hal ini adalah hutan rawa gambut.
2.      Komponen Abiotik : Komponen Tidak Hidup
Terdiri atas komponen penyusun lingkungan seperti cahaya matahari, nutrient, air, udara, tanah, dan komponen lain dalam hutan rawa gambut.

Komponen Biotik

            Kekhasan lingkungan abiotik hutan Rawa Gambut membuat hanya spesies tertentu yang mampu bertahan di lingkungan ekosistem ini. Berdasarkan sub ekosistem yang ada pada ekosistem ini (akan dibahas kemudian) beberapa tipe komponen biotic yang dapat hidup disekitar kawasan ekosistem ini adalah sebagai berikut :

1.      Subekosistem sungai :
Ikan, Udang, Siput, dan hewan sungai lain.
Ganggang dan lumut
Tumbuhan air seperti enceng gondok

2.      Subekosistem lahan Salin
Mangrove dan nipah
Ganggang dan lumut
Siput dan lain-lain

3.      Subekosistem Rawa Gambut
Kayu (meranti, jati) rotan, dan hasil hutan lain
Beberapa spesies hewan langka : harimau pada hutan rawa gambut sumsel, dan gajah sumatera)
Berbagai macam spesies burung

Disamping itu semua disekitar kawasan hutan rawa gambut juga tak jarang banyak kawasan permukiman, biasanya penduduk yang tinggal didekat kawasan tersebut hidupnya bergantung pada hasil hutan seperti pengolahan kayu atau rotan.

Komponen Abiotik
Berdasaran penyebab genangannya, lahan rawa diba gi menjadi tiga, yaitu rawa pasang surut, rawa lebak (rawa non pasang surut) dan rawak lebak peralihan.
a.      Rawa pasang surut
Rawa pasang surut merupakan lahan rawa yang genangannya dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Tingginya air pasang dibedakan menjadi dua, yai tu pasang besar dan pasang kecil. Pasng kecil, terjadi secara harian (1-2 kalisehari).

b.     Rawa lebak
Rawa lebak adalah lahan rawa yang genangannya terjadi karena luapan air sungai dan atau air hu jan di daerah cekungan pedalaman. Genangannya umumnya terjadi pada musim hujan dan menyu sut pada musim kemarau.

c.      Rawa lebak peralihan
Lahan rawa lebak yang pasang surutnya air laut masih terasa di saluran primer atau di sungai. Pada lahan sperti ini, endapan laut dicirikan oleh adanya lapisan pirit, biasanya terdapat pada ke dalaman 80 - 120 cm dibawah permukaan tanah.

Berdasarkan kedalaman gambut hutan ini dikelompokkan menjadi :

·         Lahan gambut dangkal, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 50-100 cm;
·         Lahan gambut sedang, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 100-200 cm;
·         Lahan gambut dalam, yaitu lahan dengan ketebalan gam but 200-300 cm;
·         Lahan gambut sangat dalam, yaitu lahan dengan keteba lan gambut lebih dari 300 cm.

Berikut beberapa karakteristik lingkungan abiotik Kawasan hutan Rawa gambut:
a.      Kapasitas Menahan Air
Menurut Suhardjo dan Dreissen  Lahan gambut mampu menyerap air hingga 850% dari berat keringnya. Oleh se bab itu, gambut memiliki kemampuan sebagai penghambat air saat musim hujan dan melepaskan air saat musim kemarau. Besarnya kapasitas penahan air lahan gambut menyebabkan penggundulan hutan gambut membuat lingkungan sekitar rawan banjir dan rembesan air laut kedalam tanah.

b.     Kering Tak Balik (Hydrophobia Irreversible)
Sifat lahan gambut yang kering tak balik maksudnya ketika terjadi alih fungsi lahan gambut dan diganti dengan sistem irigasi dan drainase berupa parit menyebabkan lahan gambut kering dan sulit memunculkan fungsinya kembali sekalipun lahan ini dijadikan hutan lagi. Hal ini disebabkan proses terbentuknya lahan gambut yang rumit dan dalam jangka waktu yang panjang.

c.      Daya hantar Hidrolik
Gambut memiliki daya hantara hidrolik (atau daya penyaluran air) secara horizontal cepat. Dalam artian gambut dapat menghantar unsur hara dengan mudah secara horizontal sedangkan daya penyaluran air vertical yang lambat berarti gambut lapisan luar (atas) cenderung kering meskipun bagian bawah hutan rawa gambut sangat basah  

d.     Daya tumpu
Pori tanah yang besar dan kerapatan rendah menyebabkan Tanah Gambut memiliki daya tumpu yang lemah. Dengan kata lain tanaman yang tumbuh di hutan ini cenderung murah roboh. Apalagi hutan ini disominasi tumbuhan yang berakar serabut guna mengatur kadar air yang masuk didaerah basah seperti ini.

e.      Mudah Terbakar
Sifat lahan gambut yang kaya nutrient dan relative kering dipermukaan menyebabkan lahan gambut mudah terbakar. Biasanya kebakaran gambut ini sulit dipadamkan karena cepat menjalar ke lapisan dalam gambut.

f.       Kesuburan Gambut
Kesuburan gambut dibagi menjadi tiga tingkatan :
1.       Eutropik (subur)
2.       Mesotropik (sedang)
3.      Oligotopik (tidak subur)

Biasanya lahan yang hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber air cenderung lebih tidak subur. Sedangkan lahan yang ikut mengandalkan sumber air sungai relative lebih subur dari yang lainnya.

g.      Biasanya terdapat pada hutan hujan dataran rendah bertopografi relative datar

h.     Pengikat karbon yang baik
Fungsi sebagai pengikat karbon hutan rawa gambut sangat membantu keseimbangan iklim global mengingat emisi karbon diudara dituduh sebagai penyebab utama pemanasan global yang terjadi belakangan.

5.     Ragam Subekosistem Hutan Rawa Gambut
Berdasarkan letak Hutan Rawa Gambut yang unik Ekosistem ini teridi atas beberapa tipe subekosistem berikut batas-batasnya sebagaimana gambar:



1.      Sub Ekosistem Sungai
Sama seperti sungai dan pinggiran sungai yang lainnya, sub ekosistem ini menjadi habitat banyak fauna seperti keong, siput, cacing, ikan dan beberapa jenis flora pinggiran sungai.

2.      Sub Ekosistem Lahan Salin
Lahan salin adalah lahan pasang surut (bagi kawasan pinggiran pantai) dan kawasan yang terpengaruh rembesan air sungai bagi pinggiran sungai). Lahan salin pada pinggiran pantai mendapat pengaruh rembesan air laut terutama pada musim kemarau. Pada hutan gambut, rembesan air laut tak hanya terjadi ketika hutan gambut berbatasan langsung dengan pantai melainkan bisa karena air masuk melalui sungai pada waktu pasang atau adanya rembesan melalui pori tanah. Sementara lahan salin adalah lahan Pasang surut yg kadar garamnya lebih dari 0.8 %. Biasanya dihuni tumbuhan bakau. Sedangkan lahan salin yang hanya berair asin ketika kemarau disebut lahan salin peralihan. Biasanya diitumbuhi tanaman nipah. Tipe sub ekosistem ini yang disebut sebagai lahan potensial didalam gambar

3.      Sub Ekosistem Rawa Gambut
Sub ekosistem Rawa Gambut mempunyai karakteristik umum hutan rawa gambut dimana terdiri dari lahan basah yang berperan penting dalam mengikat karbon dan menyerap air.

6. Keterkaitan Antar Komponen Ekosistem

Keberadaan komponen Abiotik yang khas membentuk suatu karakter sendiri pada hutan rawa gambut yang membuat hutan ini berbeda dengan hutan yang lainnya. Keberadaan lahan salin yang dirembesi air asin membuat mangrove dapat hidup pada lahan salin Hutan Rawa Gambut. Sedangkan air yang mendominasi ekosistem ini dan pori tanah yang cukup besar membuat tumbuhan rotan dan tumbuhan lain dapat hidup pada ekosisitem jenis hutan rawa gambut.  Begitu juga manusia sebagai salah satu komponen biotic pada hutan rawa gambut memiliki ketergantungan tersendiri terhadap kawasan ini. Sebagaimana beberapa penduduk wilayah setempat tergantung hidup dari mengolah rotan atau kayu yang berasal dari hutan. SIklus saling ketergantungan inilah yang menciptakan keseimbangan pada ekosisitem rawa gambut ini.

Ketika satu rantai keseimbangan pada hutan rawa gambut dirusak, akan menyebabkan kerusakan pada rantai-rantai lain yang saling tergantung. Contohnya ketika manusia terlalu rakus mengeksploitasi rotan dan kayu dihutan, maka akan tercipta penggundulan hutan gambut di titik tertentu hingga aliran air yang ada akan menglirkan unsure hara dan bermuara di sungai atau laut. Hal ini akan menjadikan lahan kering dan rusak hingga fungsinya sebagai pengikat karbon terganggu dan akan menciptakan perubahan iklim global serta bencana banjir. Demikian ketika satu rantai dirusak akan menrusak rantai lain yang ada dalam ekosisitem tersebut termasuk pada hutan rawa gambut.

7. Peran dan masalah-masalah Hutan Rawa gambut

Peran Hutan Rawa Gambut :

1.   a.  Pengontrol system hidrologi kawasan
2.   b Gudang pengikat karbon
3.   c. Habitat satwa penting
4.   d. Tumpuan hidup manusia
Lahan gambut memberikan fungsi ekonomi ketika manusia mampu mengolah hasil hutan yang ada seperti kayu, ikan, rotan, dan lain-lain, fungsi kesehatan ketika manusia mampu mengolah obat obatan dan fungsi pengontrol iklim global bagi kesejahteraan manusia.

Masalah Terkait Konservasi Hutan Rawa Gambut
1.    a. Maraknya kebakaran hutan rawa gambut
2.    b.Pencurian kayu (illegal logging)
3.    c. Pembukaan lahan di sekitar hutan rawa gambut
4.     d. Konversi (alih fungsi) menjadi lahan perkebunan dan pertanian

Beberapa akibat kerusakan Hutan rawa Gambut:

a.       Kurang fungsi penyerapan air
Besarnya peran Hutan rawa Gambut yang mampu menyerap 850% dari volume tanah kering menyebabkan ketidak seimbangan hidrologi kawasan sekitar. Ketika hutan rawa gambut dibuka maka air dan nutrient hutan akan keluar dan gambut akan miskin unsure hara dan sangat kering. Fungsi pengikat air ini sendiri tidak dapat dipulihkan lagi dalam waktu yang singkat.


Dangkalnya unsure hara pada hutan rawa gambut 

Hal ini menyebabkan penurunan permukaan tanah hingga tumbuhan yang mampu bertahan makin berkurang, gersang, dan tidak ada lagi hewan yang mampu hidup. Hal ini mengancam keberlanjutan hewan-hewan langka yang hidup didalamnya. Dan ketika musim hujan, ancaman banjir akan semakin besar meskipun hutan ini telah diganti dengan parit dan system drainase yang baik.

b.      Pemanasan Global tinggi karna karbon hilang
Lahan gambut merupakan pengikat karbon yang baik. Jika lahan gambut berkurang, karbon yang dilepaskan akan semakin banyak, Karbon lapisan ozon akan membengkak hingga merusak ozon. Demikian Lahan gambut harus dipertahankan.

c.       Penurunan Permukaan tanah menimbulkan genangan air yang sifatnya permanen. Selain itu penurunan lahan bergambut menyebabkan lahan mongering dan semakin mempertinggi peluang terjadinya kebakaran lahan

d.      Lahan yang rusak dan tidak produktif lagi biasanya akan ditinggalkan oleh penduduk
Berikut bagan pengaruh berkurangnya ekosistem hutan rawa gambut :


Kerugian Kerusakan Hutan rawa Gambut

a. 
Kerugian ekologis : menurunnya kualitas ekologis sebagai system penyangga, kurang jenis flora dan fauna yang merupakan sumber plasma nutfah, berubahnya fungsi hidrologi dan pola hujan local dan regional.


b.     Kerugian estetis dan nilai alamiah : hutan wisata berkurang dan kenyamanan berkurang, keseimbangan ilmiah ekosistem rusak.

c.       Kerugian sosial : berkurangnya mata pencarian hidup penduduk

Beberapa Strategi Pertahanan Hutan Rawa Gambut

1.      Penutupan kanal sebagai pencegah illegal logging
2.      Rehabilitasi hutan
3.      Kejian kebijakan
4.      Patroli intensif (Pembentukan unit pengamanan hutan regional)
5.      Penjelasan status kepemilikan lahan,
6.      Pembentukan hutan tanaman industry (HTI) bekerja sama dengan masyarakat.
7.      Kampanye kesadaran lingkungan
8.      Pelarangan penebangan jenis kayu tertentu

Kesimpulan :

1.      a. Hutan rawa gambut merupakan bentuk kekayaan ekologi yang khas
2.     b. Melihat fungsinya yang vital bagi kelangsungan hidup komponen biotic disekitarnya, kawasan ini patut dilindungi

http://www.fire.uni-freiburg.de/GlobalNetworks/PeatlandFireNetwork/Sumatera-peatland-fire-proc-Part-4.pdf

1 komentar:

  1. Mkasih banget,,,
    tulisannya sangat bermanfaat bwt saya,,

    BalasHapus