Senin, November 28, 2011

Galau Itu Seperti Ini

Siapa tak ingin pergi sejauh jauhnya dan membiarkan diri mereka hanyut dalam kerinduan terdalam pada kampung halaman? Siapa tak ingin belajar ke satu tempat asing dan membiarkan kelima indra mereka menikmati tiap jengkal aroma daerah perantauan dan merindukan aroma lain yang selalu melekat di otak masing-masing? Saya percaya makin jauh kita pergi maka keinginan untuk kembali dan membangun daerah sendiri akan makin besar. Yah minimal begitu seharusnya yang dirasakan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang bertahun-tahun membangun wawasan internasional di luar negeri tapi minim grass root understanding. Mengerti apa yang terjadi diluar tapi menutup mata pada apa yang dirasakan saudara-saudara mereka di kampung halaman.

Siapa tak ingin berkontribusi pada pembangunan daerah mereka? Minimal mampu menyumbang satu solusi ditengah ribuan bahkan jutaan masalah yang kita sumbangkan. Tapi sejauh iniii.. Well, keoptimisan untuk Indonesia bukan berarti membuat saya optimis melihat masa depan Sumatera Barat juga. Banyak sekali hal yang harus dibenahi disana. Dan ditengah segala permasalahan saya menemukan satu potensi yang dihalangi oleh masalah-masalah lain yang bahkan bukan diciptakan manusia. Benarkah bencana alam akan sebegini menghawatirkan bagi proses pembangunan?

 Sebagai salah satu provinsi yang terletak di pesisir barat sumatera, dengan kata lain berhadapan langsung dengan patahan yang selalu bergeser di Samudera Indonesia membuat satu-satunya gaung yang terdengar dari provinsi ini adalah bencana alam. Tsunami Mentawai, Longsor, Gempa padang, Banjir Bandang Pesisir Selatan, bahkan letusan Gunung Marapi atau Gunung Talang.  Semuanya santer diberitakan membuat dunia seolah melupakan keunikan budaya salah satu suku besar yang ada disana : MINANGKABAU. Seolah dunia melupakan kekayaan sejarah yang dimiliki Bukittinggi. Melupakan Singkarak dengan event pariwisata Internasional mereka Tour De Singkarak. Membuat seluruh dunia melupakan ombak ke-3 terbesar di dunia yang ada di mentawai. Bahkan menutup mata pada keberadaan Sikuai Island dan mandeh resort sebagai pusat pengembangan pariwisata bahari Indonesia bagian barat. Semua bencana-bencana hebat itu membuat kita menutup mata pada segenap keistimewaan yang dipunyai Sumatera Barat – tanpa mencoba menutup mata dari potensi provinsi lain yang sama-sama istimewa.

Tapi ketika saya mencoba membuka mata saya untuk seluruh potensi tadi dan membiarkan otak saya berpikir tentang mimpi-mimpi untuk sumatera barat, semua mimpi-mimpi tadi membuat saya seolah menutup mata pada seluruh kemungkinan bencana yang terjadi disana. Hal ini yang bikin satu pertanyaan selalu melekat di otak saya : ADAKAH PELUANG PENGEMBANGAN WISATA PANTAI YANG AMAN DARI POTENSI TSUNAMI? Atau ADAKAH PELUANG PENGEMBANGAN WISATA LEMBAH YANG AMAN DARI POTENSI LONGSOR, BANJIR, DAN LETUSAN GUNUNG? *Oke ini dua kayanya. -,-

Well, aktivitas alam yang menciptakan bumi luar biasa di sumatera barat dan aktivitas alam juga yang menghancurkan mereka. Apa kita harus suruh seluruh penduduk sumatera barat mengungsi ke pekanbaru atau bahkan jadi TKW di Malaysia? Yayayaya.. -____-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar