Rabu, Oktober 12, 2011

PENGARUH JEJARING SOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN SASTRA INDONESIA

ABSTRAK 

Bagi sebagian orang, jejaring sosial dianggap hanya mampu memberi celah bagi perkembangan bahasa “alay” yang menurut Wikipedia Indonesia merupakan sebuah istilah merujuk pada fenomena perilaku remaja Indonesia. Hal ini terutama dimaksudkan sebagai tata bahasa dan gaya hidup. Dicirikan dengan menggabung huruf besar-kecil, menggabung huruf-angka, atau menyingkat dengan berlebihan. Bahasa alay seringkali diterjemahkan sebagai suatu bentuk budaya baru yang  merusak struktur tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.


Bahasa alay yang tercipta tanpa aturan bagi sebagian orang dianggap lebih keren dan gaya, bahkan penelitian yang dilakukan dalam penyusunan karya ini menunjukan bahwa beberapa responden setuju bahasa alay merupakan satu ‘budaya baru hasil karya masyarakat yang dapat menambah keluwesan bahasa Indonesia, berdalih bahwa kebudayaan memang berkembang, fleksibel, dan tidak kaku. Demikian modernisme mampu menyisipkan budaya alay dalam khazanah sastra Indonesia. Lantas benarkah jejaring sosial yang diciptakan untuk memudahkan masyarakat berkomunikasi jarak jauh membawa pengaruh buruk bagi perkembangan tata bahasa Indonesia?

Jejaring sosial beberapa tahun belakangan telah mengalami era kejayaan yang menjadi gaya hidup baru seluruh kalangan masyarakat. Twittter sebagai salah satu bentuk microblog jejaring sosial mampu menduduki peringkat ketiga jejaring sosial terbesar setelah facebook dan myspace dalam waktu singkat sejak dirilis 2007 lalu. Dalam perkembangannya di Indonesia, masyarakat Indonesia tercatat merupakan pengguna keenam terbanyak microblog 140 karakter ini. Twitter selama perkembangannya menghubungkan seseorang dengan sahabatnya, selebritis dan penggemarnya, bahkan penulis dengan pembacanya Hal ini secara tidak langsung dapat merubah cara masyarakat bersosialisasi menjadi lebih dekat dalam artian semu. Mendekatkan apa yang tak tampak. Lalu apa benar twitter mampu meningkatkan kemampuan berbahasa manusia menjadi lebih luwes dan fleksibel? Dalam artian seperti apa? Meramaikan sastra Indonesia atau malah menambah media kealayan ditengah masyarakat?

Dua tahun dirilisnya twitter, Oktober 2009 muncul sebuah account public yang bebas diramaikan tweeps (sebutan bagi pengguna twitter) manapun. Berawal dari keisengan beberapa orang penulis meramaikan twitter dengan gombalan-gombalan khas remaja terciptalah account @anjinggombal yang cukup heboh dibicarakan di dunia maya. Account ini menciptakan celah bagi remaja dalam berkreasi dalam bentuk gombalan dan bebas me-mention account ini. Gombalan-gombalan yang dianggap paling seru di post kembali oleh @anjinggombal untuk dipublikasikan kepada seluruh follower account ini. @anjinggombal pada akhirnya mampu menarik perhatian banyak orang dan dibukukan pada Juli 2010 bertajuk “@anjinggombal, Aku Padamu, Karena Cinta Dapat Ditemukan Dalam Kata”, dengan royalti sepenuhnya disumbangkan kepada salah satu yayasan sosial. Hingga saat ini banyak muncul account-account public tempat berbagi cerita dan berkreasi tweeps tanah air. Lantas masihkah jejaring sosial di-judge sebagai media perusak tata bahasa Indonesia?

Sejauh ini, jejaring sosial terutama twitter mampu meningkatkan kemampuan berbahasa masyarakat menjadi lebih luwes dan fleksibel serta meningkatkan kreativitas masyarakat. Sebut saja beberapa account yang marak dikunjungi seperti @anjinggombal, @mentionke, @ceritaSMA, ataupun @ihatequote yang mampu mengajak para tweeps ikut menulis dan bercerita, berlomba-lomba memperlihatkan kreativitas masing-masing. Selain itu beberapa gaya bahasa yang seringkali digunakan tweeps seperti panggilan ‘eneng’ atau ‘abang’ mestinya mampu dianggap sebagai penguat budaya Indonesia. Bisa dikatakan twitter merupakan salah satu pelopor filosofi modern. Penelitian ini dilakukan dalam rangka melihat sejauh mana peran twitter sebagai salah satu jejaring sosial mampu berperan dalam kesusastraan Indonesia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar