Gerah memang menyaksikan belakangan banyak oknum pemerintahan yang omong banyak tapi doing nothing. Banyak berjanji tapi tak banyak menepati. Wajar saja kepercayaan public mulai surut dan mundur teratur. Saya? Sama. Sama seperti yang lain saya toh juga banyak menghujat meski tak banyak memerhatikan seperti orang lain perihal pemerintahan. Banyak. Sangat banyak hal! Perihal kenaikan harga barang jelang ramadhan akibat management barang yang kurang matang oleh pejabat yang berkuasa, perihal gejolak internal partai dem*krat yang memegang kendali pemerintahan, perihal koruptor yang lagi-lagi bertambah jumlahnya sesuai deret ukur *hasekk.. hiperbola sumpah! :P*, belum lagi perihal kasus-kasus tertindasnya HAM TKI diluar negeri yang masih saja mengkambing hitamkan pemerintah dan proses diplomasi bilateral yang belum beres. Banyak. Banyak sekali hujatan. Tinggal di list trus suratin deh ke bapak presiden. Satu surat saja saya jamin bikin bapak presiden gak tidur tujuh hari tujuh malam. Apalagi kalau yang bikin pengamat politik yang seringkali nongkrong di metroTV atau TVone. Jeli melihat kekurangan dan pedas mengkritik. lol
Tapi pernahkah kita mikir apa saja yang sebenarnya telah mereka (selain oknum tadi) lakukan? Well, organisasi masyarakat di Indonesia (meski sifatnya independent belum terkait langsung dengan pemerintah) berapa banyak hal yang telah mereka lakukan? Industri kreatif berkembang pesat, promo wisata dilakukan besar-besaran, pendidikan berbasis entrepreneurship mulai marak, gerakan pemuda di bidang pendidikan mulai merambah daerah-daerah terpencil dipelosok tanah air, pendidikan tinggi mulai ramah penduduk ekonomi menengah kebawah, dan banyak hal lainnya.
Pencapaian mungkin belumlah seberapa. Belum sebanding dengan India atau China sebagai rival Indonesia dengan karakter negara dan kependudukan yang cukup mirip. Tapi dilihat dari sisi perubahan? Indonesia berkembang pesat dan perkembangan ini bukan tak jadi sorotan dunia internasional. Cara pandang kita mengukur pembangunan yang berorientasi pada “sigma” bukan “delta” membuat banyak kritik pedas yang muncul ke permukaan.
Hal lain adalah media. Media sebagai pintu informasi penduduk terhadap kinerja pemerintahan seringkali mengalami dikotomi terhadap informasi yang sifatnya positif dan negative. Selalu persentase berita korupsi, kenaikan harga barang, bencana, dan semacamnya mendominasi jauh dibanding berita gerakan pemuda maupun promo wisata dan lain sebagainya. Keadaan ini sesungguhnya ibarat pisau bermata dua. Disatu sisi meng ekspose info negative mampu menggerakkan rakyat ikut mengendalikan kebijakan dan mampu jadi bahan lecutan bagi pemerintah memperbaiki kinerja pemerintahan. Akan tetapi disisi lain keadaan ini menciptakan kondisi krisis kepercayaan public kepada pihak yang berkuasa. Efeknya mahasiswa saja tak respect lagi pada pemerintah yang notabene teratur menganggarkan belanja negara buat mereka objek pengecap pendidikan. Apalagi masyarakat awam seperti tukang becak yang cuma pernah bayar pajak dan kena tilang oleh pemerintah. Sama sekali tak terjangkau pembangunan.
Well, initinya hanya dari sudut mana kita memandang. Mampukah para penikmat media berpikir netral dan memandang “Lha emang tugas media menyoroti sisi negative dari pemerintahan yang berkuasa” atau “Media emang lebay meramu berita jadi punya bumbu segar biar bisa dinikmati pemirsa. Emang hakikatnya ilmu komunikasi kaya gitu kan?”. Intinya cuma bisa tak sih kita berpikir netral bahwa sesungguhnya dibalik perbuatan keji beberapa orang yang terlibat pemerintahan, mereka (pemerintah) itu KEREN!
Cobalah dengarkan mereka berbicara. Minimal mereka punya cara pandang yang berbeda dan cukup menyeluruh dibanding masyarakat kebanyakan. Mampu melihat lebih luas guna mengambil keputusan yang tepat. Setidaknya kita tau bukan instan saja mereka menuju kursi pemerintahan. Banyak proses pemilihan dan pemutusan layak atau tidaknya seseorang menduduki satu jabatan. Setidaknya setidak kompeten apapun mereka masih lebih kompeten disbanding kita rakyat banyak yang mengkritik. Terakhir hanya kebijaksanaan mereka yang berperan apakah konsisten mengabdikan ilmu dan cara pandang mereka tadi bagi bangsanya. Itu saja. Toh dibalik semua itu mereka tetap keren (kecuali sebagian oknum tadi).
Jadi kali ini kalaulah bisa ditarik kesimpulan, intinya pemerintah itu keren. Banyak hal yang dengan tidak kita sadari (karna memang tak terakses media) hal keren telah mereka lakukan. Kalau bisa jangan terlalu terpancinglah dengan media. Sebagai audiens harusnya kita sadari peran media memang lebih dominan mencari celah dari pemerintahan yang berkuasa. Jangan sampai hal-hal negative yang disampaikan media bikin kita malah apatis dan tidak peduli kondisi pemerintahan yang ada. Karena kalau bukan kita yang peduli lantas siapa lagi?
makasih postingnnya yahhh...salam kenl...
BalasHapus