And What You are is Beautiful enough
Good Enough and Bright Enough”
Semester ini baru berlangsung semenjak 21 Februari 2011. Itu berarti baru tiga minggu yang lalu. Tapi terlalu banyak hal hebat yang terjadi (baru) di awal semester ini. (Semoga bertahan seterusnya. Amiiinnn!!)
Oke yuk ngelist:
1. Kampus kedatangan kembali dosen ‘hebat’ yang sempet belajar keluar sejak beberapa tahun lalu. Bapak Sani Roychansyah. Sumpah saya nggak ngerti belajar bareng tu bapak. Kata-katanya gila. Kelas tinggi banget (buat saya yang notabene punya IQ pas-pasan) kadang saya nggak nemu pokok masalah yang disampein saking semua kata-katanya tu dosen penting (atau ngomongnya yang muter-muter? Ah entahlah) Yang jelas dosen yang satu ini ‘waw’ banget. Menguasai bahasa jawa, bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan bahasa jepang. S2 dan S3 di jepang dan pernah belajar di Italy juga. Kalo kamu search nama belau di google, 28 postingan pertama adalah tentang Sani yang sama. Baru setelah kamu ‘next’ dua kali bakal menemukan Sani yang lain. Eksis banget. Saya pernah melakukan hal yang sama di google dengan nama saya sendiri. Dari sepuluh postingan si halaman pertama google cuma 8 ‘Novia Valentina’ yang sama. (biasa, keanggotaan facebook, twitter, dan friendster jaman dulu! Hihihi..) Itupun nggak berturut-turut. Beliau punya blog di wordpress (maap nggak mau ngelink! J), di ugm.ac.id dan aktif nulis di Majalah Horizon juga. Semua tulisan beliau juga banyak banget di aplot di dunia maya dan beberapa (yang saya lihat! Belom yang saya nggak liat) di bagian daftar isi selalu ada nama beliau sendiri. *Kadang saya bertanya-tanya beliau sudah menghasilkan berapa karya dan menginspirasi berapa orang?* Dan tolong jangan bayangkan beliau adalah kakek-kakek profesor yang kemana mana peke tongkat saking rentanya dimakan zaman dan pengalaman! Muda bagettt!!!!! Tau nggak sih beliau baru posting judul doang di blog udah dikomen dua orang bilang pengen cepet-cepet baca artikelnya. Baru judul tanpa isi padahal. –“ Masuk di “Teori Keruangan” juga keren. Tapi nggak tau kenapa di mata kuliah “Pembangunan Kota Berkelanjutan” saya kok nggak dong ya? Berasa bodoh deh. Ya cuma ada dua kemungkinan sih. Kalau bukan karena materinya yang emang buat mahasiswa Semester 6 atau sayanya yang waktu kecil kurang minum ASI sampe otaknya ngadat diusia segini? *lho? Tapi terlepas dari semua itu bapak Sani, beliau orang ‘besar’ buat saya. Terpenting beliau terlihat (dari komen-komen di blog dan facebook) masih menjaga nilai-nilai islam dan jawa yang kental. Bukankah memang cuma itu yang terpenting buat menilai seorang lelaki? Kepribadian dan Intelektualitas (saya nggak bilang pinter logaritma ya! Juga kecerdasan otak kanan itu nggak kalah penting.)
2. Hal besar kedua adalah Seminar pasca KKP 2011 kali ini diisi oleh DR.Emil Elestianto Dardak.Msc Orang besar lain yang tak kalah kerennya. Muda, Dinamis, Penyanyi pop jazz, Ganteng, S2 singapur, S3 Inggris (diusia muda!!). Haduh ketawanya renyah banget suer!! Kaya penyiar radio deh! Benar-benar semua cewe yang ada di ruang seminar meleleh bangett!! Iya. Pada cita-cita punya laki kaya dia semua anak-anak dan jujur saya jadi merasa ‘apalah saya’ ngeliat ada makhluk sesempurna itu. Haduhh.. Kalau saya pengen punya suami seberbakat itu saya musti jadi ‘pantes’ juga dong yaaa! :D Kesimpulannya, mas Emil itu adalah anaknya wakil kepala kementrian PU yang bikin semua mahasiswi ngebet punya suami penyanyi pop jazz!!!
3. Hal besar ketiga oke ini bukan tentang orang-orang besar. Tapi tentang langkah ‘kecil’ saya. Yang mau saya bagi disini adalah gimana selogan klise ‘kita bisa kalau kita mau’ itu akurat 100%.Udah lama banget saya narget ngirim artikel, cerpen, atau bentuk tulisan lain ke media. Tapi yang terjadi tulisan saya nggak pernah kelar. Saya tinggal di tengah jalan dan terabaikan gitu aja. Kemarin saya menyelesaikan cerpen pertama saya. Iseng banget bikin cerpen kacangan cinta-cintaan yang tetep punya pesen moral kaya lirik lagu “You already are who you are, and who you are is beautiful enough, strong enough, and bright enough”. (Iya openingnya postingan ini) Cerpen tentang saya, teman-teman saya, dan (mantan) pacar saya. Kebetulan saya kirim ke Lomba Cerpen STMJ (Sekolah Tinggi Menulis Jogja) and guess what!! Cerpen saya ada di tepat nomer sepuluh dari sepuluh karya terbaik yang bakal dibukuin! Syukur Alhamdulillah semoga saya bisa tetap berkarya dan bisa terus belajar menulis. Kedepannya saya narget yang lebih berat lagi. Nggak lagi cerita geje. Semoga kali ini bisa artikel, essai, atau cerpen sastra. Sekalipun nggak menang minimal saya belajar dan menghargai ‘proses’ belajar itu. Dan kalau menang juga nggak nolak koookk… hahaha.. J Di doain yaaaaaa… Semoga saya juga bisa amanah sama pesen mama yang bilang “Jangan berhenti lagi deh ditengah-tengah perjuangan kamu!“. Iya nih. Saya kebiasaan udah cukup puas ketika saya nyampe di titik dimana saya tau saya bakal mampu kalau saya mau meneruskan selangkah lagi. Dengan kata lain yang saya butuh cuma ‘merasa dan mengetahui saya mampu’ bukan ‘menjadi mampu’. *kok makin geje ya? Ah sudahlah. Mungkin karna saya laper. See ya next post! :P
1. Kampus kedatangan kembali dosen ‘hebat’ yang sempet belajar keluar sejak beberapa tahun lalu. Bapak Sani Roychansyah. Sumpah saya nggak ngerti belajar bareng tu bapak. Kata-katanya gila. Kelas tinggi banget (buat saya yang notabene punya IQ pas-pasan) kadang saya nggak nemu pokok masalah yang disampein saking semua kata-katanya tu dosen penting (atau ngomongnya yang muter-muter? Ah entahlah) Yang jelas dosen yang satu ini ‘waw’ banget. Menguasai bahasa jawa, bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, bahasa Jerman, dan bahasa jepang. S2 dan S3 di jepang dan pernah belajar di Italy juga. Kalo kamu search nama belau di google, 28 postingan pertama adalah tentang Sani yang sama. Baru setelah kamu ‘next’ dua kali bakal menemukan Sani yang lain. Eksis banget. Saya pernah melakukan hal yang sama di google dengan nama saya sendiri. Dari sepuluh postingan si halaman pertama google cuma 8 ‘Novia Valentina’ yang sama. (biasa, keanggotaan facebook, twitter, dan friendster jaman dulu! Hihihi..) Itupun nggak berturut-turut. Beliau punya blog di wordpress (maap nggak mau ngelink! J), di ugm.ac.id dan aktif nulis di Majalah Horizon juga. Semua tulisan beliau juga banyak banget di aplot di dunia maya dan beberapa (yang saya lihat! Belom yang saya nggak liat) di bagian daftar isi selalu ada nama beliau sendiri. *Kadang saya bertanya-tanya beliau sudah menghasilkan berapa karya dan menginspirasi berapa orang?* Dan tolong jangan bayangkan beliau adalah kakek-kakek profesor yang kemana mana peke tongkat saking rentanya dimakan zaman dan pengalaman! Muda bagettt!!!!! Tau nggak sih beliau baru posting judul doang di blog udah dikomen dua orang bilang pengen cepet-cepet baca artikelnya. Baru judul tanpa isi padahal. –“ Masuk di “Teori Keruangan” juga keren. Tapi nggak tau kenapa di mata kuliah “Pembangunan Kota Berkelanjutan” saya kok nggak dong ya? Berasa bodoh deh. Ya cuma ada dua kemungkinan sih. Kalau bukan karena materinya yang emang buat mahasiswa Semester 6 atau sayanya yang waktu kecil kurang minum ASI sampe otaknya ngadat diusia segini? *lho? Tapi terlepas dari semua itu bapak Sani, beliau orang ‘besar’ buat saya. Terpenting beliau terlihat (dari komen-komen di blog dan facebook) masih menjaga nilai-nilai islam dan jawa yang kental. Bukankah memang cuma itu yang terpenting buat menilai seorang lelaki? Kepribadian dan Intelektualitas (saya nggak bilang pinter logaritma ya! Juga kecerdasan otak kanan itu nggak kalah penting.)
2. Hal besar kedua adalah Seminar pasca KKP 2011 kali ini diisi oleh DR.Emil Elestianto Dardak.Msc Orang besar lain yang tak kalah kerennya. Muda, Dinamis, Penyanyi pop jazz, Ganteng, S2 singapur, S3 Inggris (diusia muda!!). Haduh ketawanya renyah banget suer!! Kaya penyiar radio deh! Benar-benar semua cewe yang ada di ruang seminar meleleh bangett!! Iya. Pada cita-cita punya laki kaya dia semua anak-anak dan jujur saya jadi merasa ‘apalah saya’ ngeliat ada makhluk sesempurna itu. Haduhh.. Kalau saya pengen punya suami seberbakat itu saya musti jadi ‘pantes’ juga dong yaaa! :D Kesimpulannya, mas Emil itu adalah anaknya wakil kepala kementrian PU yang bikin semua mahasiswi ngebet punya suami penyanyi pop jazz!!!
3. Hal besar ketiga oke ini bukan tentang orang-orang besar. Tapi tentang langkah ‘kecil’ saya. Yang mau saya bagi disini adalah gimana selogan klise ‘kita bisa kalau kita mau’ itu akurat 100%.Udah lama banget saya narget ngirim artikel, cerpen, atau bentuk tulisan lain ke media. Tapi yang terjadi tulisan saya nggak pernah kelar. Saya tinggal di tengah jalan dan terabaikan gitu aja. Kemarin saya menyelesaikan cerpen pertama saya. Iseng banget bikin cerpen kacangan cinta-cintaan yang tetep punya pesen moral kaya lirik lagu “You already are who you are, and who you are is beautiful enough, strong enough, and bright enough”. (Iya openingnya postingan ini) Cerpen tentang saya, teman-teman saya, dan (mantan) pacar saya. Kebetulan saya kirim ke Lomba Cerpen STMJ (Sekolah Tinggi Menulis Jogja) and guess what!! Cerpen saya ada di tepat nomer sepuluh dari sepuluh karya terbaik yang bakal dibukuin! Syukur Alhamdulillah semoga saya bisa tetap berkarya dan bisa terus belajar menulis. Kedepannya saya narget yang lebih berat lagi. Nggak lagi cerita geje. Semoga kali ini bisa artikel, essai, atau cerpen sastra. Sekalipun nggak menang minimal saya belajar dan menghargai ‘proses’ belajar itu. Dan kalau menang juga nggak nolak koookk… hahaha.. J Di doain yaaaaaa… Semoga saya juga bisa amanah sama pesen mama yang bilang “Jangan berhenti lagi deh ditengah-tengah perjuangan kamu!“. Iya nih. Saya kebiasaan udah cukup puas ketika saya nyampe di titik dimana saya tau saya bakal mampu kalau saya mau meneruskan selangkah lagi. Dengan kata lain yang saya butuh cuma ‘merasa dan mengetahui saya mampu’ bukan ‘menjadi mampu’. *kok makin geje ya? Ah sudahlah. Mungkin karna saya laper. See ya next post! :P
waw...congratulations teman, really, really cool job.
BalasHapuspoint pertama, -menulis dengan seringai yang mengembang-, emang standar resti tinggi banget yaaa sampe dia dan dirimu bisa menangkap aura pesona pak sani. emang siiii pak Sani bisa dijadiin standar calon pendamping hidup yang mendekati sempurna -hahaha, tapi, hellow....aku akan mikir 22 kali dulu saat ada seseorang setipe dirinya datang melamar diriku, bisa-bisa ada kendala bahasa dalam komunikasi kami karena perbedaan tingkat evolusi yang terlampau jauh-, but still, he's awesome
point kedua,aduuuuh ada yang lebih impressive. bapak Jokowi walikota Solo. beliau adalah satu-satunya -setahuku- walikota yang bisa dengan seenak jidatnya membangun pasar tradisional sebanyak 14 pasar dalam 5 tahun dan memaparkan ide gilanya bernama konsep Solo, city in the forest. dan nilai plusnyaaaa, no politics involved.
point ketiga, sumpah aku bangga banget pada dirimu kawan, aku pernah bilang bahwa mimpi g bisa jadi kenyataan, but....come on, I knew I had mistaken, so prove it to me.
go ahead yak
Pertama. Dilihat dari sisi manapun pak sani itu keren. (walau nggak level banget sama orang-orang seperti saya *miris*) Dan satu lagi ketika orang seperti dia datang ngelamar kamu aku yakin kamu udah jadi orang yang 'pantes' buat dia. You get what you did! Apa yang kamu tuai itu yang kamu dapet. kalo kamu baik, orang yang dateng juga pasti baik. so, gabakal mungkin ada kendala bahasa karena kalian datang dari dunia yang berbeda. Jadiii.... ayo terima lamaran pak sani ayaaaa.... hihihi.. :D
BalasHapusKedua. Entahlah. aku nggak liat pak jokowi yoooo.. :P
Ketiga. Gubrakkk... --"
Kalo udah liat cerpennya pasti berubah pandangan deh. Konyol banget.. :D