Selasa, Oktober 02, 2012

etika Kapitalisme Membawa Berkah


Social Economic crash bukan hal yang baru memang. Semakin lama kita mengkaji semakin banyak pula kita akan menemukan benturan-benturan antara dua aspek ini. Salah satunya dalam hal pengembangan pariwisata. Dari sisi ekonomi dan dengan sudut pandang sosialis, pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ibarat ‘Ratu Adil’ yang bawa kemakmuran bagi masyarakat kelas menengah kebawah dalam sebuah kawasan wisata. Konsep ini selalu menjadi ‘primadona’ yang memang marak digaungkan oleh aktivis pariwisata dan sudah mulai diterapkan di beberapa kawasan yang memang diperuntukan bagi pengembangan pariwisata.  Sebaliknya, resort selalu menjadi satu pihak yang dianggap memperkaya yang kaya dan ‘merugikan’ masyarakat. Namun benarkah demikian?

Banyak sisi positif dari pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang diutarakan para ahli. Diantaranya adalah mempu meningkatkan perekonomian masyarakat dan dapat pula menjadi sebuah upaya menjaga kelestarian budaya lokal. Pandangan ini yang seringkali melupakan aspek lokalitas itu sendiri di kalangan masyarakat. Benarkah desa wisata lazimnya mampu melestarikan budaya lokal lebih dari sekedar menjaga tarian atau kerajinan lokal? Benarkah pengaruh yang didapat masyarakat desa wisata dari luar jauh lebih kecil dibanding kelestarian budaya lokal sendiri? Well, hal ini seringkali tidak berjalan dengan baik kan? Sebut saja night club di Bali yang dewasa ini cukup banyak diramaikan penduduk lokal. Belum lagi cara berpakaian dan pola pergaulan muda mudi yang cukup bebas. Senjang sekali  dengan pola hidup masyarakat yang sama sekali tak terjamah pariwisata di pulau ini. Sederhananya, pengembangan desa wisata dengan konsep pembangunan pariwisata berbasis masyarakat belum mampu menjaga nilai-nilai lokal yang berkembang di masyarakat.

Sebaliknya, resort dibangun dengan beragam fasilitas yang memungkinkan pengunjung untuk mendapatkan fasilitas hiburan tanpa harus jauh keluar dari kawasan resort itu sendiri. Beragam alternatif hiburan membuat pengunjung cukup puas untuk berada hanya didalam resort. Apalagi pengelolaan resort yang sepenuhnya difasilitasi oleh pengembang, hal ini membuat kemungkinan gesekan budaya antara masyarakat lokal dengan pengembang menjadi lebih kecil. Kesimpulannya, pembangunan resort lebih mampu menjaga kelestarian dan keaslian budaya masyarakat. Terdengar sangat kapitalis bukan?

Lalu bukankah sudah sifat dasar manusia untuk selalu mengupayakan kesempurnaan? Bagaimana dengan jika kita lihat secara keseluruhan tak hanya dari perspektif budaya melainkan juga perekonomian masyarakat? Entahlah, yang jelas pembangunan berbasis masyarakat selalu punya nilai lebih. Tentu saja dengan penyiapan masyarakat lokal terlebih dahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar