Minggu, Agustus 07, 2011

Persatuan Indonesia : Kerjasama Pemerintah-Rakyat Banyak Wujudkan Perubahan

Bukankah lebih baik menyalakan lilin dibanding mengutuki kegelapan?

Saya percaya semakin banyak kita melihat semakin kita merasa rendah. Semakin banyak kita berilmu makin terasa kebodohan kita. Dan makin banyak kita memerhatikan dunia luar makin besar kekaguman kita.

Bagi saya hal itu berlaku pula dengan cara kita melihat pemerintah yang berkuasa. Semakin kita memerhatikan apa saja yang mereka lakukan maka semakin pula kita mengerti kepicikan kita menghakimi setiap detil pekerjaan yang mereka sebagai pemerintah jalankan. Semakin kita melihat dan semakin kita membuka mata maka akan semakin kerdil kita terlihat dan semakin kerenlah sosok mereka orang-orang yang berada di kursi kekuasaan.

Sesungguhnya mereka manusia. Sama seperti kita orang-orang yang menghakimi pemerintahan. Cara pandang kita yang hanya memerhatikan detail-detail negative selama ini sungguh merupakan ‘kebiasaan buruk’ yang mestinya dihilangkan jika memang kita bercita-cita menjadi bangsa yang besar tak hanya dari sisi kuantitas. Analogi sederhana yang memang selama ini akrab ditelinga, ibarat melihat sebuah gelas yang separuhnya terisi air. Bukankah semuanya tergantung cara kita memandang, entah gelas itu separuh kosong ataukah separuh penuh. Tergantung kita ‘memilih’ sudut pandang entah positif atau negative. Jika memang Indonesia masih bangsa yang separuh-separuh, maka saya lebih suka menyebutnya dengan separuh maju dibanding separuh tertinggal.

Korupsi memang masih jadi masalah utama di Indonesia. Terbentuk KPK ternyata belum menjamin kebenaran mutlak memiliki segelintir ‘kaum pembela’. Integritas penguasa sejauh ini masih diragukan. Dan kondisi tak baik ini masih saja digodok media dengan bumbu-bumbu komunikasi yang tajam. Lantas disaat krisis seperti ini siapa yang masih saja membela bangsa? Rakyat banyak? Belum. Selagi masih banyak golput dalam konteks pemilu dalam artian masih banyak orang-orang yang tak peduli pemerintahan maka rakyat belum bisa dikatakan mendukung penuh perubahan di Indonesia. Demikian dilihat dari sisi rakyat.

Lantas ketika krisis siapa yang masih setia untuk Indonesia ketika rakyat kebanyakan malah cuek dan tak peduli? Krisis tak membuat jajaran pemerintahan kehilangan kewajiban terhadap rakyat banyak. Mereka tetap bekerja dan menjalankan roda pemerintahan sebagaimana biasa. Tetap menjalankan kewajiban mereka, tetap dihujat, dan tetap wajib focus pada target yang telah ditentukan. Ketika rakyat tak menjalankan fungsi mereka, pemerintah tetap siaga diposisi mereka masing-masing. Satu poin positif bagi pemerintahan. Sementara benarkah mewujudkan suatu bangsa yang besar tak butuh kekuatan rakyat yang notabene mendominasi power dalam suatu negara?

Mengutip Dr Dino Patti Djalal dalam “Harus Bisa, seni memimpin ala SBY”, Indonesia beberapa tahun belakangan tak lagi bisa dilihat dengan kacamata 20 tahun lalu dimana negara kita tertinggal, didera krisis, dan tidak dihormati dunia internasional. Indonesia hari ini mempunyai 3 kekuatan yang mutlak harus dipahami generasi muda yakni :

1.      1. Posisi Indonesia sebagai negara demokrasi ketiga terbesar dunia setelah India dan Amerika Serikat

2.  2.Posisi Indonesia sebagai negara islam terbesar dunia. Sejauh ini banyak orang yang menyanjung Arab Saudi sebagai negara kiblat islam yang baik. Padahal islam Indonesia sesungguhnya mempunyai karakter yang berbeda dimana islam, demokrasi, dan modernitas dapat berjalan beriringan. Negara dimana nilai islam ikut diadopsi sementara kebebasan individu sangat diperhatikan. Berbeda dari Arab Saudi dan kebanyakan negara islam lain.

3.     3.  Potensi environmental Indonesia sebagai negara tropis. Ketika sampai saat ini masih belum ditemukan teknilogi penetral polusi terbaik selain hutan tropis, maka sejauh itu lingkungan dan sumberdaya alam Indonesia masih jadi potensi yang tidak dimiliki bangsa lain.

Orientasi terhadap potensi yang ada tentu saja sangat dibutuhkan dalam pembangunan kedepan. Pendidikan-pendidikan berbasis arahan perekonomian kedepan masih jadi tantangan besar bangsa Indonesia. Peningkatan taraf kesehatan dan kualitas hidup rakyat banyak juga masih membutuhkan perhatian yang besar. Tentu saja semua potensi tersebut bisa dimaksimalkan dengan kerjasama yang baik antara pemerintah, kalangan akademisi, pihak swasta, dan rakyat banyak.

Ketika dunia internasional menempatkan Indonesia sebagai negara dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi terbesar 2030, hal ini dirumuskan bukan tanpa alasan. Melainkan dengan melihat segala potensi dan peluang-peluang yang dimiliki Indonesia. Kinerja pemerintahan yang membaik, akademisi yang ahli dibidangnya, hingga dukungan rakyat yang notabene kuantitasnya sangat besar. Yang mutlak harus diwujudkan hanyalah pemerintahan yang bersih dan menciptakan persatuan serta dukungan dengan kapasitas luar biasa dari rakyat. Yah sebagai rakyat biasa jangan hanya menuntut peran pemerintah, mari mainkan peran kita dengan memberikan dukungan sebesar-besarnya dalam menciptakan pembaruan. Kritisi pemerintah tapi cerdaslah menilai sebelum mengkritik dan gunakan juga cara yang cerdas. Lakukan apa yang kita rasa bisa kita sumbangkan menciptakan pembaruan. Jangan hanya mengkritik dan menunggu. Kerjasama yang baik nanti tentu akan membuahkan hasil yang baik. Selagi masih ada persatuan maka tujuan nasional bukan mustahil mampu diwujudkan. Yang tersisa hanya sejauh mana kita mulai memainkan peran kita masing-masing. Bukankah lebih baik menyalakan lilin dibanding mengutuki kegelapan? *tapi saya yakinnya bukan uma lilin sih, bangsa kita bisa dong menyalakan lampu yang terang benderang dan hemat energi J *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar