Minggu, Mei 01, 2011

Utopian Planning


Apa itu utopian Planning? Utopian planning adalah sebuah konsep kota ideal yang tak akan pernah “nyata”. Konsep kota ideal yang notabene “keidealan” itu akan berbeda berdasarkan definisi ideal dikepala setiap orang. Idealnya Le Corbusier tentu tak akan sama dengan idealnya Leonardo Da Vinci yang hidup jauh sebelumnya. Dan keidealan itu sendiri sangat bergantung dengan kondisi subjek yang mendefinisikan keidealan tersebut. Sebut saja Leonardo Da Vinci yang semasa hidupnya di kota Milan, kota ini membunuh banyak penduduk dengan penyakit menular yang mewabah disepanjang lorong-lorong yang gelap, saluran air yang kumuh, serta sampah-sampah yang tak terurus sepanjang kota Milan. Kondisi ini menciptakan sebuah keadaan ideal dikepala Leonardo Da Vinci yang mestinya bebas dari penyakit dimana jalan jalan kota idealnya dibuat lebar dan saluran air bawah tanah yang bersih serta pengolahan sampah yang baik. Kemudian gedung-gedung tertata rapi dua tingkat di sepanjang jalan. Jelas hal ini memperlihatkan kondisi ideal yang tercipta merupakan efek kehidupan ditengah wabah penyakit yang dialami Leonardo Da vinci. Bagaimana dengan pendapat para ahli mengenai Utopian Planning? Berikut beberapa pandangan mereka terkait kota ideal yang notabene tak selalu sama dengan konsep ideal menurut masyarakat umum.

1.    The Ideal City Will Be New – Barnett
Kota yang demikian sempurna menurut Barnett tentu merupakan kota baru yang dirancang dari awal. Bukan kota dimana pernah ada wabah penyakit, kekumuhan, dan kemiskinan yang mengisi sepanjang sejarah berdirinya kota tersebut karena sebuah kemustahilan merubah semua kondisi buruk yang pernah ada di kota.

2.    The ideal city of the modern city is like the ideal of a well ordered home: a place for everything and everything in its place. -Lofland

3.    poverty, dirt,disease, and ugliness as the evils of city life which need to be destroyed –Geddes
Kota ideal dianggap sebagai kondisi tanpa kemiskinan dan kekumuhan yang jadi “bencana” pada wajah kota. Tentu saja hal ini mustahil dan setiap planner harus berhenti mengagung-agungkan konsep utopia.

4.    Le Corbuzer –uniformity
Arsitek revolusioner pencipta konsep zonasi ini memandang kota ideal sebagai kota yang seragam dimana keberagaman menciptakan ketidak teraturan dalam wajah kota. Le Corbuzer mulai menciptakan bangunan-bangunan simetris, zonasi fungsi bangunan, dan mulai membangun jalan-jalan dan memisahkan jalan pejalan kaki dengan kendaraan bermotor. Hal ini tentu saja pada akhirnya dianggap tak valid lagi ketika keteraturan malah menciptakan kemonotonan dan inefisiensi energy bagi masyarakat.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar