GAMBARAN UMUM WILAYAH
1.1 Keadaan Geografis
Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110o 13’ 00” sampai dengan 110o 33’ 00” Bujur Timur, dan mulai 7o 34’ 51” sampai dengan 7o 47’ 03” Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 100 – 2.500 meter di atas permukaan air laut. Jarak terjauh Utara-Selatan kira-kira 32 km, Timur – Barat kira-kira 35 km, terdiri dari 17 kecamatan, 86 desa, dan 1.212 dusun. Batas-batas Administratif wilayah Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut:
· Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah
· Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah
· Sebelah Selatan berbatasan dengan KotamadyaYogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul
· Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi D.I. Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah
Wilayah di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur, sedang bagian utara sebagian besar merupakan tanah kering yang berupa ladang dan pekarangan, serta memiliki permukaan yang agak miring ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi. Di lereng selatan Gunung Merapi terdapat dua buah bukit, yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Wisata Kaliurang. Beberapa sungai yang mengalir melalui Kabupaten Sleman menuju Pantai Selatan antara lain Sungai Progo, Krasak, Sempor, Nyoho, Kuning, dan Boyong.
Berdasarkan pantauan Kanwil Perhubungan, hari hujan terbanyak dalam satu bulan adalah 27 hari. Rata-rata curah hujan tertinggi 22,8 mm.
Kecepatan angin maksimum 24,00 knots dan minimum 0,00 knots, sementara rata-rata kelembaban nisbi udara tertinggi 86,0 % dan terendah 73,0 %. Temperatur udara, tertinggi 27,5 0C dan terendah 25,5 0 C.
1.2 Keadaan Topografis
Wilayah Kabupaten Sleman merupakan wilayah dataran perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian antara 100 meter – 2000 meter di atas permukaan laut.
Secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Bagian utara, merupakan perbukitan dengan lembah-lembah yang curam dengan kemiringan rata-rata >15%, mempunyai ketinggian antara 600 meter – 1250 meter di atas permukaan laut.
b. Bagian tengah, merupakan dataran dengan kemiringan berkisar <5%, mempunyai ketinggian 300 meter di atas permukaan laut di bagian selatan, sampai 500 meter di atas permukaan laut di bagian utara.
c. Bagian selatan, merupakan dataran dengan kemiringan 0 – 2%, ketinggian antara 100 – 200 meter di atas permukaan laut.
Secara umum sebagian besar wilayah di Kabupaten Sleman merupakan dataran dengan kemiringan 0 – 5%, hanya sebagian kecil yaitu di bagian utara merupakan lereng. (Rohman, 2000 : 19).
1.3 Keadaan Fisiografis
a. Lereng atas, kerucut dan kawah gunung merapi yang mempunyai lembah-lembah aktif, lereng curam, topografi bergelombang hingga berbukit yang menempati ketinggian lebih besar 1000 meter hingga 2911 meter.
b. Lereng tengah gunung merapi yang mempunyai topografi berombak hingga bergelombang, dengan lembah-lembah sungai yang paralel dan merupakan zona munculnya mata air. Lereng landai, miring kea rah selatan sehingga aliran air permukaan dan tanah sesuai dengan arah kemiringan lerengnya. Ketinggian tempat bervariasi antara 500-1000 meter.
c. Lereng dibawah gunung Merapi yang mempunyai topografi hampir datar-berombak, kemiringan lereng <5% dan mempunyai lembah yang relatif jarang. Daerah ini menempati ketinggian antara 100-500 meter. Secara fisiografis daerah ini berpotensi untuk berbagai kegiatan pembangunan dan kehidupan.
1.4 Kedudukan Kabupaten Sleman
Kedudukan Kabupaten Sleman adalah sebagai penyangga kebutuhan air bagi daerah dibawahnya didukung oleh kondisi Sumber Daya Alamnya, dalam hal ini ada 3, yaitu:
1. Sumber Daya Air
Air yang diperoleh dari:
a. Hujan
Curah hujan di wilayah Kabupaten Sleman ± 22,8 mm
b. Air Permukaan
Air permukaan di Wilayah Kabupaten Sleman berupa air sungai. Sungai yang ada kebanyakan mengalir ke selatan dan bermata air di Gunung Merapi
c. Air tanah
Curah hujan yang tinggi merupakan input bagi air tanah di Wilayah Kabupaten Sleman. Air tanah ini tidak hanya menguntungkan wilayah kabupaten Sleman saja, tetapi juga daerah lain di sekelilingnya.
d. Mata Air
Di Wilayah Kabupaten Sleman banyak terdapat mata air. Mata air tersebut merupakan sumber air bagi keperluan domestik maupun keperluan irigasi, sehingga daerah di bawah jalur mata air merupakan daerah sawah yang pengairannya terjamin. Selain itu mata air ini merupakan sumber air untuk keperluan penduduk Yogyakarta.
2. Sumber Daya Tanah
Jenis tanah di wilayah Kabupaten Sleman cukup bervariasi sifat dan karakteristiknya.
3. Sumber Daya Hutan
Di wilayah Kabupaten Sleman sebaran hutan terutama di sekitar puncak Gunung Merapi. Hutan tersebut merupakan hutan Negara dan difungsikan sebagai hutan lindung, hutan pariwisata dan suaka marga satwa.
Pemanfaatan hutan lindung ditujukan antara lain :
· Mencegah erosi
· Mencegah bencana banjir
· Menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsure hara tanah, air tanah dan air permukaan
Pemanfaatan sebagai wisata alam, karena memang didukung oleh kondisi alam seperti adanya mata air, air terjun sehingga pemanfaatan hutan sebagai wisata alam akan melengkapi objek wisata yang ada.
Suaka marga satwa yang dilindungi adalah Monyet.
BAB II
PENDUDUK DAN SOSIAL BUDAYA KABUPATEN SLEMAN
2.1 Banyaknya Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan hasil proyeksi penduduk pada tahun 2008, jumlah penduduk Sleman tercatat 1.041.951 jiwa, terdiri dari 525.598 laki-laki dan 516.353 perempuan. Dengan luas wilayah 574,82 km2, maka kepadatan penduduk Kabupaten Sleman adalah 1.813 jiwa per km2. Beberapa kecamatan yang relative padat penduduknya adalah Depok dengan 5.146 jiwa per km2, Mlati dengan 3.130 jiwa per km2 serta Gamping dan Godean dengan masing-masing 3.090 jiwa dan 2.320 jiwa per km2.
2.2.1 Pendidikan
Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam pengembangan sumber daya manusia. Kemajuan suatu bangsa banyak ditentukan oleh kualitas pendidikan penduduknya. Beberapa faktor utama yang mendukung penyelenggaraan pendidikan adalah ketersediaan sekolah yang memadaidengan sarana prasarananya, pengajar dan keterlibatan anak didik, maupun Komite Sekolah. Pada jenjang SD, Kabupaten Sleman pada tahun 2007/2008 memiliki sebanyak 502 unit sekolah yang terdiri dari 386 SD negeri dan 116 SD swasta dengan jumlah kelas masing-masing sebanyak 2.531 kelas untuk SD negeri dan 821 kelas untuk SD swasta. Banyaknya guru SD mencapai 4.219 orang di SD negeri dan 1.417 orang di SD swasta. Adapun peserta didik yang sedang mengenyam pendidikan tercatat sebanyak 83.340 anak yang terbagi menjadi 64.285 anak bersekolah di SD negeri dan 19.055 anak di SD swasta. Pada jenjang SMP, jumlah sekolah tercatat sebanyak 104 sekolah, yang terdiri 55 SMP negeri dan 51 SMP swasta dengan menyediakan kelas masing-masing sebanyak 669 kelas untuk SMP negeri dan 275 kelas untuk SMP swasta. Banyaknya guru yang mengajar di SMP tercatat sebanyak 2.774 orang. Sebagian besar dari mereka 1.878 orang mengajar di SMP negeri, sedangkan selebihnya di SMP swasta. Adapun murid yang bersekolah di SMP pada tahun 2007/2008 mencapai 32.361 orang yang terdiri dari 24.257 orang di SMP negeri dan SMP swasta sebanyak 8.104 orang. Untuk jenjang yang lebih tinggi yakni SMU, tersedia sebanyak 51 sekolah dengan 17 SMA negeri dan 31 SMA swasta. Dengan mengamati banyaknya institusi, terlihat bahwa peran swasta di Kabupaten Sleman dalam penyelenggara-an SMA lebih besar dibanding peran pemerintah. Tetapi jika dilihat dari banyaknya kelas, terjadi hal yang sebaliknya. SMU swasta hanya memiliki 176 kelas, sedangkan SMU negeri memiliki 223 kelas. Banyaknya guru di SMU negeri 734 orang dan banyaknya guru di SMU swasta 688 orang, dengan murid di SMU negeri sebanyak 7.889 orang dan di SMU swasta sebanyak 3.982 orang.
Dengan membandingkan jumlah guru dan murid di SMA negeri dan swasta, secara jelas terlihat bahwa rasio murid terhadap guru di SMA swasta lebih kecil dibandingkan dengan SMA negeri. Kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh tingginya minat peserta didik memilih SMA negeri, yang umumnya mengenakan biaya pendidikan lebih rendah. Untuk jenjang pendidikan menengah lainnya yakni SMK, terdapat sebanyak 49 sekolah yang didominasi oleh SMK swastayakni sebanyak 41 sekolah. Banyaknya guru swasta yang terlibat juga lebih besar, yaitu 1.176 orang dibandingkan dengan sebanyak 639 orang guru yang mengajar di SMK negeri. Murid yang memilih sekolah di SMK tercatat sebanyak 11.049 orang di SMK swasta dan 6.109 di SMK negeri. Untuk penyelenggaraan SMK, peran swasta jauh lebih besar dibandingkan dengan Pemerintah.
2.2.2 Agama
Komposisi penduduk menurut agama yang dipeluk di Kabupaten Sleman pada tahun 2007 mencatat sekitar 855.992 orang beragama Islam, Katholik sebanyak 62.935 orang, disusul oleh agama Kristen sebanyak 25.963 orang. Adapun penduduk beragama Hindu dan Budha masing-masing tercatat sebanyak 1.462 orang dan 901 orang. Penduduk beragama Islam yang menunaikan Ibadah Haji pada tahun 2007/2008 sebanyak 1.321 orang. Dari jumlah tersebut, jemaah terbanyak berasal dari Kecamatan Depok yaitu 230 orang 17,41 %), sedangkan paling sedikit berasal dari kecamatan Minggir dan Cangkringan yaitu 16 orang.
BAB III
KEGIATAN EKONOMI KAWASAN
3.1 PERTANIAN
Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budi daya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, dan peternakan.
3.1.1 Tanaman Pangan
Tanaman Pangan meliputi padi dan palawija. Tanaman palawija mencakup komoditas jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah, kedelai serta kacang hijau. Adapun hortikultura terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan. Produksi padi sawah dan padi ladang Kabupaten Sleman pada tahun 2007 tercatat sebanyak 242.759 ton (dalam bentuk gabah kering giling). Dibandingkan tahun 2006 terjadi peningkatan sebesar 3,04 persen dengan produksi sebanyak 250.375 ton. Untuk tanaman palawija, dilihat dari segi produksi didominasi oleh jagung yang mencapai 26,63 ribu ton, diikuti oleh produksi ubi kayu dan kacang tanah yang masing-masing sebanyak 19,92 ribu ton dan 3,04 ribu ton. Adapun produksi ubi jalar dan kedelai masingmasing3.736,41 dan 704,71 ton serta kacang hijau 26,11 ton. Produksi tanaman buah-buahan di Kabupaten Sleman didominasi oleh salak pondoh, sesuai dengan predikat yang disandang selama ini sebagai produsen salak pondoh terbesar. Produksi salak pondoh pada tahun 2007 mencapai 574,750 kuintal, naik sekitar 8,99 persen dibanding tahun sebelumnya sebanyak527.343 kuintal. Komoditas ini sebagian besar dibudidayakan di Kecamatan Turi, Tempel dan Pakem yang produksinya mencapai 98,26 persen dari total produksi Kabupaten Sleman. Selain salak pondoh, Kabupaten Sleman juga memiliki produksi yang cukup besar untuk komoditi rambutan dan pisang, yakni masing-masing sebanyak 157.339 kuintal dan 123.808 kuintal. Sedangkan produksi nangka sebanyak 126.208 kuintal, mangga 102.251 kuintal, salak biasa sebanyak 44,061 kuintal, durian sebanyak 31.794 kuintal, dan pepaya sebanyak 41.575 kuintal. Untuk produksi tanaman sayuran, produksi yang relatif besar adalah melinjo sebesar 95.468 kuintal disusul cabe merah dan kacang panjang yang masing-masing sebanyak 26.100 kuintal dan 13.773 kuintal. Adapun untuk tanaman hias yang mendominasi adalah produksi tanaman mawar sebanyak 57.106 tangkai, diikuti oleh tanaman anggrek sebanyak 319.599 tangkai, krisan sebesar 65.518 tangkai, dan anthurium sebanyak 28.637 tangkai. Sedangkan tanaman obat-obatan yang memiliki produksi yang cukup besar yaitu temuireng sebesar21.099 kg dan temulawak sebesar 19.569 kg, sedangkan untuk produksi lempuyang, lengkuas, jahe, dan kunyit masing masing adalah 15.258 kg, 23.000 kg, 33.262 kg, dan 25.296 kg.
3.1.2 Perkebunan
Produksi tanaman perkebunan yang dominan di Kabupaten Sleman pada tahun 2007 adalah tebu dan kelapa dengan produksi masingmasing 756.497,00 kuintal dan 83.417,20 kuintal. Kemudian diikuti oleh mendong (untuk bahan baku tikar) dengan produksi sekitar 28.476 kuintal serta tembakau rakyat sebesar 6.255,45 kuintal. Adapun produksi komoditas lainnya seperti kapok dan lada, produksinya terbilang kecil masing-masing produksinya di bawah 20 kuintal.
3.1.3 Kehutanan
Potensi kehutanan di Kabupaten Sleman adalah relatif kecil. Hal ini karena dari sekitar luas Kabupaten Sleman 57,482 hektar hanya memiliki hutan seluas 5.574,45 hektar atau 9,7 %.
Kawasan hutan tersebut terdiri dari 3.844,50 hektar hutan rakyat dan selebihnya merupakan hutan negara yakni sekitar 1.729 hektar. Letak hutan rakyat tersebar di beberapa kecamatan dengan kawasan hutan terluas di Kecamatan Prambanan seluas ± 1.376 hektar. Sedangkan sebagian besar hutan Negara berlokasi di Kecamatan Cangkringan seluas 807,86 ha.
3.1.4 Peternakan
Pembangunan peternakan diprioritaskan pada pengembangan peternakan rakyat guna mendorong diversifikasi pangan dalam rangka mencukupi kebutuhan protein hewani yaitu daging, telur dan susu melalui kegiatan pemuliaan ternak dan inseminasi buatan. Populasi ternak besar pada tahun 2007 terdiri dari sapi potong ± 47.352 ekor, sapi perah ± 5.589 ekor, kerbau ± 3.474 ekor dan kuda ± 387 ekor. Sedangkan populasi ternak kecil meliputi domba dengan populasi 56.997 ekor, kambing 32.354 ekor, dan babi ± 4.538 ekor.
Adapun jenis unggas yang diternakkan didominasi oleh ayam buras dengan populasi ± 1,57 juta ekor, ayam potong ± 2,68 juta ekor dan ayam petelor sebesar 1,54 juta ekor. Untuk produksi daging, pada tahun 2007 disembelih/dipotong ternak sapi ± 4.519 ekor, kambing 2.744 dan domba 12.586 ekor. Banyaknya produksi daging di Kabupaten Sleman sekitar 20.504,85 ton. Produksi ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 19.356,41 ton.
Selain produksi daging, kegiatan peternakan di Kabupaten Sleman juga menghasilkan telur dan susu. Pada tahun 2007, susu yang dihasilkan mencapai 6.687,88 ton. Sebagian besar dihasilkan oleh peternakan yang dikelola oleh perusahaan dan hanya sebagian kecil dihasilkan dari peternakan rakyat.
Untuk produksi telur, pada tahun 2007 tercatat sebesar 17.523,72 ton, naik sekitar 9,31 persen dibanding produksi tahun 2006 yang mencapai ± 16.031 ton. Budidaya Ikan di Kabupaten Sleman terdiri dari Budidaya Ikan di kolam air tawar dan budidaya ikan di kolam air sawah yang dikenal dengan mina padi. Sedangkan untuk budidaya di perairan umum (karamba) masih digabung dengan penangkapan ikan di perairan umum.
Produksi ikan di Kabupaten Sleman didominasi oleh budidaya di kolam air tawar, yaitu 7.847.750 kg. Budidaya mina padi dan perairan umum hanya menghasilkan masingmasing 156,6 ton dan 127.000 kg.
3.2 INDUSTRI
3.2.1 Industri
Industri menurut Bidang Perindustrian dikelompokkan ke dalam 2 sektor yaitu Sektor Industri Kecil dan Sektor Industri Besar-Menengah. Kelompok sektor industri kecil merupakan perusahaan yang mempunyai nilai asset kurang dari Rp. 200 juta, sedangkan perusahaan yang mempunyai nilai aset lebih dari Rp. 200 juta dikelompokkan menjadi sector Industri Besar-Menengah. Pada tahun 2007, jumlah perusahaan Industri kecil adalah 14.867 dan menurun pada tahun 2006 menjadi 14.254 perusahaan. Pada tahun 2007 perusahaan industri kecil menjadi 14.466 . Banyaknya perusahaan industri besar menengah mencapai 89 perusahaan pada tahun 2007, hal tersebut lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2006 (87 perusaahaan) dan tahun 2005 (81 perusahaan). Basis dari lokasi perusahaan industri, 47,66 % dari jumlah perusahaan industri kecil berada di kecamatan Moyudan, Minggir, Seyegan, dan Godean. Pada tahun 2007, 1.807 perusahaan berlokasi di Moyudan yang merupakan jumlah terbanyak bila dibandingkan dengan kecamatan lain. Kemudian diikuti kecamatan Godean sebanyak 1.773 perusahaan. Untuk Industri Besar-Menengah, Kecamatan Depok mempu-nyai jumlah yang paling banyak , yaitu 15 perusahaan. Penyerapan tenaga kerja perusahaan industri juga mengalami peningkatan dari tahun 2005 ke tahun 2007. Seperti yang disajikan pada tabel 6.1.2, tenaga kerja perusahaan industri mencapai 60.922 orang pada tahun 2005, 62.543 orang pada tahun 2006 dan 63.635 orang pada tahun 2007. Dari tahun 2006 ke tahun 2007, meningkat 1,75 % menjadi 63.635 orang. Kecamatan Sleman adalah kecamatan yang paling banyak menyerap tenaga kerja dari sektor industri yaitu sebanyak 8.504 orang (13,36%) dan diikuti oleh kecamatan Moyudan sebanyak 5.955 orang (9,36 %).
3.2.1 Pertambangan dan Penggalian
Banyaknya usaha pertambangan bahan galian golongan C di Kabupaten Sleman hanya ada 23. Jenis bahan galiannya pasir, andesit, tanah liat dan kapur. Adapun lokasinya ada di kecamatan Minggir, Godean, Berbah, Prambanan, Kalasan, Ngemplak dan Pakem. Jumlah pemegang ijin penggunaan air bawah tanah di Kabupaten Sleman sebanyak 498. Jumlah sumur bor dan gali sebanyak 485 sumur dan terbanyak ada di Kecamatan Depok yaitu sebesar 55 sumur.
3.3 PERDAGANGAN
Bab ini memuat informasi tentang realisasi exsport di Kabupaten Sleman menurut jenis komoditas dan negara tujuan. Lebih dari itu, juga termasuk data pengadaan dan penyaluran komoditi pupuk minyak tanah, data ijin usaha yang dikeluarkan Pemerintah daerah Kabupaten Sleman, data banyaknya hotel, dan banyaknya wisatawan/pengunjung ke obyek wisata dan penerimaan restribusi.
Pada tahun 2007, realisasi export mencapai 55.008.403,70 US$ dengan volume 7.874.448,01 kilogram. Dibandingkan dengan data tahun 2006, besarnya nilai uang menurun 25,32 %, begitu juga volume mengalami penurunan sebesar 30,88 %. Pakaian, mebel, kayu, sarung tangan kulit, dan lampu memberikan kontibusi yang dominan terhadap nilai export di Kabupaten Sleman. Komiditi tersebut memberikan kontribusi sebesar 92,05% dari jumlah nilai espor pada tahun 2007. Menurut negara tujuan, Amerika merupakan negara tujuan export terbesar yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap nilai export (66,20%) dan diikuti beberapa negara yaitu Jepang (5,22 %), Phipina (3,50 %), English (3,08 %), Italia (2,50 %), Korea (2,17 %), dan Canada (1,81 %). Penyaluran minyak tanah naik 6,61 % dari 36.375.000 liter pada tahun 2006 menjadi 38.780.000 liter pada tahun 2007. Ijin gangguan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman meningkat 17,62 % dari 1.711 pada tahun 2006 menjadi 1.944 pada tahun 2007. Jumlah terbesar ijin gangguan dikeluarkan untuk wilayah Kecamatan Depok (618), Mlati (236), Ngaglik (227), dan Gamping (156).
3.4 HOTEL & PARIWISATA
Banyaknya hotel/penginapan di Kabupaten Sleman mengalami peningkatan. Pada tahun 2007, banyaknya hotel/penginapan adalah 337, hal tersebut lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2006 (333) dan 2005 (296). Hal tersebut diikuti dengan meningkatnya jumlah tempat tidur yang disediakan walaupun jumlah ruangan mengalami penurunan dari 4.448 pada tahun 2006 menjadi 4.412 pada tahun 2007.
Banyaknya wisatawan asing dapat digolongkan menjadi 4 kategori sesuai dengan asal benua. Jumlah wisatawan asing yang terbanyak berasal dari Benua Eropa yaitu 22.796 wisatawan yang didominasi oleh wisatawan dari Belanda dan Jerman. Banyaknya wisatawan dari Asia adalah 21.947 wisatawan yang didominasi oleh wisatawan dari Jepang dan Singapura. Selain itu, 3.942 wisatawan dari Benua Amerika dan 3.705 wisatawan dari Australia dan sekitarnya. Beberapa tujuan wisatawan adalah candi, museum, wisata alam, dan pertunjukan pentas seni. Pada tahun 2007, jumlah pengunjung Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, dan candi yang lain mencapai 660.88 orang yang terdiri wisatawan asing (11,52 %)dan wisatawan domestik (88,48 %). Sebanyak 751.738 wisatawan domestik dan 3.584 wisatawan asing yang mengunjungi obyek wisata alam seperti Kaliurang, Kaliadem, dan beberapa tempat yang lain. Banyaknya pengunjung museum mencapai 267.945 wisatawan domestik dan 2.225 wisatawan asing. Atraksi Balet Ramayana dikunjungi oleh 19.809 wisatawan domestik dan 5.989 wisatawan asing.
BAB IV
TATA FISIK KAWASAN DAN SARANA PRASARANA
4.1 TATA FISIK KAWASAN
Wilayah Kabupatendaerah Tingkat II Sleman termasuk di dalam wilayah Zone A (Bagian Tengah) dari wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Zone A terbentang dari Kawasan Lereng Merapi sampai ke Pantai Selatan Samudera Indonesia meliputi wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman, Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bantul. Bagian atas dari Zone A ini diarahkan sebagai kawasan lindung yang terdiri hutan lindung dan kawasan lindung bawahan. Bagian bawah sampai garis pantai dari zone A diarahkan sebagai kawasan budidaya pertanian dengan pengecualian pada wilayah-wilayah yang ditetapkan sebagai cagar budaya, kawasan lindung setempat sepanjang jalur Yogyakarta-Magelang, Yogyakarta-Solo, Yogyakarta-Parangtritis dan wilayah yang diidentifikasikan sebagai perkotaan Yogyakarta, dikembangkan sebagai kawasan budidaya non pertanian. Sepanjang pantai selatan merupakan kawasan lindung sempadan pantai dan wisata alam.
Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman sebagai bagian dari wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki nilai strategis karena terletak pada persilangan jalan perhubungan utama kota-kota besar di Pulau Jawa bagian selatan dan berada di antara objek wisata utama Candi Prambanan dan Borobudur. Oleh karena itu, posisi kabupaten Daerah Tingkat II Sleman tidak lepas dari posisi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap propinsi-propinsi lainnya di Pulau Jawa yang mempunyai saling keterkaitan yang sangat besar.
Secara garis besar arah penataan ruang Kabupaten Dewrah Tingkat II Sleman terdapat daerah perkotaan dan pedesaan , yaitu :
a. Daerah perkotaan diarahkan untuk menunjang fungsi kota-kota sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan umum dan fasilitas lainnya.
b. Daerah pedesaan diarahkan sebagai pusat produksi, penyediaan tenaga kerja, penyediaan bahan baku industry, dan daerah penyangga lingkungan. Dengan demikian perlu pengendalian penggunaan tanah pertanian subur untukkeentingan non pertanian, termasuk penyelamatan, pelestarian, dan peningkatan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Dalam rangka lebih mengefisiensikan, meratakan dan memudahkan koordinasi pembangunan maka wilayah Kabupaten daerah Tingkat II Sleman dibagi dalam wilayah-wilayah yang lebih kecil yang saling berhubungan dalam mendukung perkembvangan masing-masing wilayah yang disebut sebagai Satuan Kawasan Pengembangan (SKP).
4.2 SARANA PRASARANA
4.2.1 Kesehatan
No | Rumah Sakit | Alamat |
1 | RSU Sleman | Jl Bhayangkara 48 Sleman No Telepon: 0274 868437 |
2 | RS Jiwa Lalijiwa Pakem | Pakem Sleman Yogyakarta No Telepon: 0274 895142 |
3 | RSU Panti Baktiningsih | Klepu Pos Godean Sleman No Telepon: 0274 798281 |
4 | RSB Pura Ibunda | Jl Samirono Baru Depok Sleman No Telepon: 0274 514784 |
5 | RS Panti Rini | Jl Solo Km 12,5 Kalasan Yogya No Telepon: 0274 496022 |
6 | RS Babarsari | Babarsari Sleman Yogyakarta |
7 | RS Jogja Internasional Hospital | Jl Ring Riad Utara No. 160 Condong Catur, Sleman, Yogyakarta 55283 No Telepon: 0274 4463535, 0274 4463444 |
8 | BPRB Puri Husada | Jl Yogya Puri KM 10 Sleman Yogyakarta No Telepon: 0274 867270 |
9 | RSIY Kalasan | Jl Cupuwatu Purwomartani Kalasan Yogyakarta No Telepon: 0274 491084 |
4.2.2 Transportasi
Data panjang jalan dirinci menurut status jalan yaitu jalan negara, jalan propinsi, dan jalan kabupaten yang ada di Kabupaten Sleman.
Jalan negara yang terdapat di kabupaten Sleman merupakan jalan kelas I dengan panjang 61,65 km, sedangkan jalan Propinsi merupakan jalan kelas II sepanjang 139,69 km. Dari jalan negara yang ada, 55,49 km kondisinya baik dan 6,17 km kondisinya sedang. Untuk jalan propinsi, kondisi jalan baik hanya sepanjang 113,28 km dan kondisi sedang 26,41 km. Panjang jalan kabupaten adalah 1.085,13 km dan tidak seluruhnya dalam kondisi baik. Dari panjang jalan tersebut, hanya 313,03 km saja yang kondisinya baik yaitu sekitar 28,85 persen. Tercatat 40,19 persen kondisi jalan sedang, 28 persen kondisi jalan rusak, dan 2,95 persen kondisi jalan rusak berat.
Menurut jenis permukaan, jalan kabupaten yang telah diaspal sepanjang 856,68 km, dan 17,60 km masih merupakan jalan kerikil. Sedangkan yang merupakan jenis permukaan tanah masih sekitar 210,85 km, atau sekitar 11,19 % Jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di wilayah hukum Polres Sleman pada akhir tahun 2007 mencapai 413.618 kendaraan tidak termasuk kendaraan milik TNI.
Kondisi ini menunjukkan kenaikan sebesar 35,38 persen jika dibandingkan pada akhir tahun 2006. Dari jumlah tersebut terinci menjadi 2.164 kendaraan merupakan kendaraan non umum pemerintah, 404.441 kendaraan non umum swasta dan 2.293 kendaraan umum swasta. Jenis kendaraan bermotor yang mengalami kenaikan jumlah kendaraan terbesar adalah jenis sepeda motor dengan penambahan 11,12 persen, disusul jenis mobil beban dengan kenaikan 11,50 persen.
4.2.3 Pendidikan
Tabel. Jumlah Sekolah Negeri di Kabupaten Sleman
No | Jenis Pendidikan | Jumlah |
1 | TK | 3 |
2 | SD | 386 |
3 | MI | 2 |
4 | SMP | 55 |
5 | MTS | 10 |
6 | SMA | 17 |
7 | SMK | 8 |
8 | MA | 5 |
Sumber: Kabupaten Sleman dalam angka 2008
Tabel. Jumlah Sekolah Swasta di Kabupaten Sleman
No | Jenis Pendidikan | Jumlah |
1 | TK | 493 |
2 | SD | 116 |
3 | MI | 16 |
4 | SMP | 49 |
5 | MTS | 8 |
6 | SMA | 31 |
7 | SMK | 41 |
8 | MA | 8 |
Sumber: Kabupaten Sleman dalam angka 2008
BAB V
PENGELOLAAN KAWASAN
Menurut pasal 2 ayat 2 keputusan Bupati Sleman tentang struktur organisasi, menjaga penjabaran tugas pokok dan fungsi serta tata kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas membantu bupati dalam penyelenggaraan Pemerintah daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.
BAB VI
POTENSI DAN MASALAH
6.1 Potensi Wilayah
Wilayah kabupaten Sleman yang secara geografis bagian Selatan yakninya Kabupaten Godean hingga Kabupaten Prambanan relative datar dengan ketinggian 100-200 m diatas permukaan air laut. Semakin ke utara keadaan tanah makin bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 100-2500 m diatas permukaan air laut, dan dibagian utara di lereng gunung merapi relative terjal. Hal ini pada dasarnya memberikan keuntungan terhadap kegiatan kegiatan pertanian dimana hampir separuh dari luas wilayah merupakan daerah pertanian yang subur dengan didukung irigasi teknis yang memadai.
Persebaran Wilayah Pertanian Kabupaten Sleman berdasarkan ketinggian sebagai berikut:
a. Daerah datar dengan kemiringan 2% merupakan 59,37% dari luas wilayah pertanian tanaman pangan
b. Daerah landai dengan kemiringan hingga 15 % merupakan 31,65 % luas wilayah usaha pertanian tanaman holtikultura
c. Daerah berbukit dengan kemiringan hingga 40 % baik untuk tanaman tahunan
d. Daerah dengan kemiringan 40 % merupakan 2,81 % dari luas wilayah daerah Hutan Lindung.
Selain berpotensi besar sebagai kawasan pertanian, kondisi alam Kabupaten Sleman dimana bagian utara cukup terjal tepatnya dari Kaliurang hingga lereng Gunung Merapi merupakan tempat wisata alam gunung hutan lindung. Hal ini selain berfungsi untuk menarik turis domestic maupun turis asing berkunjung, juga berfungsi sebagai pengatur ekosistem dan hidrologi dimana stabilitas iklim ikut diipengaruhi oleh hal tersebut.
Acreman (2004) menyatakan bahwa sebatang pohon di hutan alam sepanjang daur hidupnya mampu memompa air + 2,5 juta galon air ke atmosfer, didaur-ulang, dan tidak hilang dari kawasan hutan. Apabila ekosistem hutan beralih fungsi, maka berdampak terhadap ketersediaan air, misalnya di hutan alam Amazone 50% dari curah hujan yang jatuh berasal dari evaporasi lokal tetapi apabila disimulasikan diubah menjadi padang penggembalaan (pasture land) maka curah hujan hujan tereduksi 26% per tahunnya, dengan kata lain kualitas suatu hutan dapat mempengaruhi iklim dengan sangat signifikan.
Selain berfungsi dalam hidrologi dan kelestarian ekosistem, hutan lindung ini juga digunakan sebagai Hutan Rekreasi yang dipertahankan dengan maksud untuk mengembangkan pendidikan, rekreasi dan olahraga. Untuk mendukung fungsi tersebut, pekarangan-pekarangan lereng Gunung Merapi ditanami tanaman tahunan dan dijadikan hutan rekreasi sebagai sarana pendukung kawasan Wisata Alam Gunung.
Selain itu, Kabupaten Sleman juga diuntungkan dengan beberapa organisasi kemasyarakatan yang memadai. Hal ini diharapkan dapat berfungsi sebagai forum dan wadah partisipasi masyarakat dan berperan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk pembangunan dimana stakeholders diharapkan dapat ikut andil dan menyumbangkan suara dalam pembangunan demi kesejahteraan bersama.
Kabupaten Sleman mempunyai letak yang strategis baik dalam bidang Transportasi, Perdagangan, pariwisata, industry, dan pendidikan yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Seperti jalan raya, penginapan, sarana Transportasi dan sarana Kesehatan.
6.2 Masalah
a. Kepadatan Penduduk
Permasalahan : Kepadatan Penduduk yang dapat berdampak antara lain :
1. Jumlah pengangguran semakin meningkat 2. Kekurangan pangan yang menyebabkan kelaparan dan gizi rendah 3. Kebutuhan pendidik, kesehatan dan perumahan sukar diperoleh 4. Terjadinya polusi dan kerusakan lingkungan 5. Tingkat kemiskinan semakin meningkat | |
Latar Belakang:
· Tidak adanya control terhadap jumlah penduduk
· Kurang optimalnya pelaksanaan program KB (Keluarga Berencana)
Upaya penyelesaian:
Usaha mengatasi Ledakan Penduduk antara lain :
· Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.
· Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.
Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk :
· Penambahan dan penciptaan lapangan kerja
Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rejeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan.
· Meningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan
Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.
Dengan semakin sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.
· Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
Dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.
· Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan
Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.
Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.
b. Alihfungsi Kawasan Pertanian
Permasalahan : alihfungsi kawasan pertanian terutama di kawasan Desa Balecatur Kecamatan Gamping Sleman
Alih fungsi lahan pertanian jika tidak terkendali dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan dan bahkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerugian sosial. Disisi lain efektivitas implementasi instrument pengendalian alihfungsi selama ini belum berjalan optimal sesuai dengan apa yang diharapkan.
Latar Belakang
Seiring bertambahnya populasi dan perkembangan peradaban manusia penguasaan dan penggunaan lahan untuk kawasan pertanian mulai terusik. Setiap individu membutuhkan lahan sebagai ruang geraknya, tempat beraktivitas, dan melakukan berbagai kegiatan perekonomian seperti perdagangan dan indusrti. Untuk itu lahan pertanian acapkali menjadi sasaran untuk dialihfungsikan untuk kepentingan lain. Secara mikro hal ini cukup bermanfaat untuk menunjang kegiatan perekonomian lain. Akan tetapi jika hal ini dilaksanakan secara bersama oleh banyak orang, tentunya hal ini mengancam kebutuhan pangan manusia.
Upaya penyelesaian
· Penekanan Jumlah penduduk
· Pembuatan kebijakan yang jelas dalam pengendalian jumlah lahan pertanian
· Peran serta stakeholders
· Konsistensi pelaksanaan kebijakan oleh badan penegak hukum
c. Kerusakan Lingkungan akibat peternakan
Permasalahan :
Selama kurun wartu lima tahun terkhir ini, Kabupaten Sleman telah menjadi daerah menarik dan menguntungkan bagi usaha peternakan unggas khususnya ayam pedaging. Hal ini terbukti dari meningkatnya populasi ayam pedaging selama lima tahun terakhir ini. Populasi ayam pedaging pertahun rata-rata meningkat 9% pertahun. Pada tahun 2005 populasi ayam pedaging berjumlah 1.810.216 ekor, sedangkan pada tahun 2009 populasinya mencapai 2.977.735 ekor. Sedangkan keberadaan kandang menyebabkan pencemaran lingkungan dalam bentuk bau yang tidak sedap, banyak lalat, serta air limbah kandang yang mengalir ke area lingkungan warga.
Latar Belakang :
Pencemaran lingkungan akibat kegiatan peternakan terjadi akibat tidak adanya aturan yang jelas mengenai standar kegiatan peternakan yang baik hingga menimbulkan ketidakpedulian pengusaha peternakan terhadap pengaruh peternakannya terhadap lingkungan. Apalagi tempat tinggal peternak yang jauh dari kawasan peternakannya menyebabkan kurang adanya komunikasi antara peternak dan masyarakat sekitar.
Upaya Penyelesaian :
· Penyusunan Standar Operasional Usaha Peternakan ayam potong atau pedaging, yang harus ditaati oleh para peternak. Dalam Standar Operasional ini akan diatur bagaimana peternak secara teknis menjalankan usahanya, sehingga kandang ayam tidak berbau, lalat tidak bersarang di arena kandang, serta keberadaan kandang tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Sehingga kandang tidak akan dikomplain oleh warga masyarakat, yang pada akhirnya para pengusaha dapat menjalankan usahanya dengan aman, nyaman, dan lebih menguntungkan. Dengan kata lain, antara warga dengan pengusaha tidak akan saling merugikan tetapi justru saling menguntungkan.
· Konsistensi Pelaksanaan Aturan tersebut dan denda yang tegas dari aparat penegak hukum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar