Kamis, Februari 09, 2012

Sekilas BTDC

Bohong kalau saya bilang saya tak dapat apa-apa selama masa Kerja Praktek. Toh kenyataannya saya dapat banyak hal disini. Saya yang pada awalnya tak mengerti sama sekali tentang status BTDC dan tak tau apa-apa soal BUMN menjadi lebih tau dibanding sebelumnya. *Hehe.. namanya manusia juga pasti gak pernah puas*

Yak sedikit cerita saja jadi selama sebulan dari 24 Januari hingga 24 Februari saya Kerja Praktek *atau orang sini menyebutnya dengan training* di BTDC (Bali Tourism Development Corporation).

Status Perusahaan

BTDC adalah sebuah BUMN yang bergerak di bidang property. Statusnya sama seperti PLN, BNI, dan Garuda Indonesia yang mungkin lebih kita kenal sebagai BUMN. BTDC dan satunya lagi TWCBP (Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko) adalah contoh BUMN yang bergerak dibidang pengembangan kawasan a.k.a developer yang kurang populer . Cuma segelintir orang yang tau. Jadi BTDC ini bergerak khususnya dibidang kepariwisataan. Proyek pertama yang digarap BTDC ketika dibentuk adalah Nusa Dua Resort, tempat kantor pusat BTDC berada.

BUMN itu apa?

Nah BUMN (Badan Usaha Milik Negara) itu sendiri adalah sebuah badan usaha (perusahaan) yang profit oriented layaknya perusahaan dengan kepemilikan swasta tapi 100% sahamnya dimiliki oleh negara *dalam kasus ini menteri keuangan* Jadi 100% keuntungan BUMN masuk ke kantong negara. Nah dalam pengelolaannya BUMN ini sama aja kayak dikelola swasta cuma pertanggungjawabannya aja yang beda. Perusahaan swasta bertanggung jawab ke pemilik saham nah BUMN bertanggung jawab pada negara. Cocok buat kamu yang gak pengen jadi PNS tapi tetep pengen ngabdi buat negara. J

Yak gimana dengan Nusa Dua Resort?

Nusa Dua Resort itu ibarat hotelnya para hotel. Bingung? Gini, Nusa Dua awalnya merupakan daerah tandus yang tidak produktif. Kering dan gak cocok buat pertanian. Masyarakat yang bermukim disana juga masih dikit banget. Pantai yang landai dan pasir yang putih bikin pemerintah mikir satu usaha buat ngembangin daerah yang belum peroduktif ini. Kemudian didirikanlah BTDC dengan proyek pengembangan kawasan wisata di Nusa Dua. Jadi BTDC dikasih tanah seluas 300-an Ha dengan peruntukan kawasan wisata. Disitu pihak BTDC ngebangun jaringan infrastruktur dan dalam hal ini bekerja sama dengan PDAM, PLN, dan Telkom. Dalam ngebikin jaringan infras ini BTDC punya kajian topografi dan AMDAL. Berangkat dari dua hal ini BTDC nyusun Masterplan yang digarap sebuah perusahaan konsultan jepang. Lengkap dengan aturan aturan sempatan pantai, sempadan antar bangunan, KDB, KLB, ketinggian maksimal, peletakan signage, dan lain-lain yang pada akhirnya oleh pemda bali yang belum punya aturan mengenai itu, diadopsi, jadi bahan acuan perda nomer 2 tahun 1978.

Nah dari masterplan yang ada yang udah dibagi-bagi mana kaveling buat hotel dan mana buat public space, BTDC nyari investor yang bakal nanamin modal bikin hotel di kawasan ini. Ntar ketika ada investor yang mau ya tinggal nego harga sewa terdiri dari kompensasi minimal, kompensasi bulanan, dan jaminan. Begitu ada MoU hotel siap dibangun sesuai dengan design criteria yang dipunya BTDC diantaranya sempadan antar banguna min 25 m dan ketinggian maksimal 15 m. Jadi di kawasan ini gak ada gedung tinggi yang lebih dari 3 lantai padahal semua hotel ***** loh. Dan lagi gak ada hotel yang memang terlihat dari jalan akibat aturan sempadan yang luas. Cuma Amenity Core (pusat layanan) yang terlihat dari luar. Seperti pusat perbelanjaan, rumah sakit *yang masih dibangun*, museum, dan lain-lain. Sementara infrastruktur yang dibutuhkan hotel sudah disediakan oleh BTD sebagai pengembang. Nah keliatan kan kalau BTDC Cuma ‘hotel’ (dalam artian penyedia ruang) buat para hotel. BTDC benar-benar gak ngerjain apapun selain cuma berhubungan dengan investor. Mau ngukur tanah tinggal ngontak surveyor. Mau bikin masterplan tinggal bayar konsultan. Mau bangun public space tinggal nelfon kontraktor. Mau nyediaan infrastruktur udah MoU sama PLN, PDAM, dan Telkom. Mereka Cuma ngontak sana sini, nerima duit, dan palingan melihara taman yang udah ada, ngegantiin lampu jalan yang rusak, atau ngeganti signboard tiap 5 tahun. Pengadaan patung. Itu doang teman-teman.

Jadi Apa yang Beda dari Nusa Dua Resort?

Yang beda adalah konsep Nusa Dua Resort dalam provide sustainable teourism. Intervensi ke-sustain-an yang diterapkan BTDC adalah lewat aturan hukum yang mengatur seperti aturan ketinggian tadi. Jadi lahan kecil gak dipaksa nampung bangunan tinggi. Sesuai daya tamping. Bahkan kurang. Lewat aturan jumlah kamar minimal 50 rooms/Ha. Biar hotel kecil gak diisi banyak kamar sampe kelebihan penggunaan energy kaya listrik atau air. Trus yang beda BTDC punya Lagoon yang dapet award sebagai pengelolaan limbah cair ramah lingkungan pertama di asia tenggara. Jadi limbah berupa aer sisa mandi dari hotel diolah lagi dengan beberapa tahap yang pure bener bener alami. Bahkan BTDC memproduksi bakteri penghilang bau sendiri buat mengolah limbahnya.

Yak jadi gitu dulu cerita tentang BTDC selama 10 hari bekerja disini. Lain kali disambung berbagi beberapa konsep keren yang saya dapet disini yaa.. J

2 komentar:

  1. oww.. baru ngerti saya perjalanan dan sejarah btdc
    padahal saya orang bali dan jualan di btdc. Ha ha ha ha...

    saya tunggu lagi hasil galiannya thanks

    BalasHapus
  2. Saya dan keluarga akhir tahun lalu ke BTDC, tepatnya di Novotel Residance. Lumayan baik. Penjagaan cukup bagus.. untuk jogging pagi juga bagus.

    BalasHapus