Membina rumah tangga adalah sesuatu yang kompleks. Hidup bersama orang lain yang TAK PERNAH ada hubungan darah dengan didasari cinta , sesuatu yang bukan tak lebih kompleks dari hubungan pernikahan itu sendiri, dalam jangka waktu yang bukan tak panjang. SEUMUR HIDUP. Waktu yang kita sendiri sebagai si empunya waktu tak yakin akan akhir dari masa tersebut. Bisa mungkin 50 tahun, 60, 90, atau mungkin lebih. InsyaAllah jika diizinkan.
Cinta adalah perasaan yang cukup sensitive dan rumit. Ada cemburu, bosan, setia, bahkan benci didalamnya. Semuanya menyatu, dan mereka semua saling mampu mendominasi satu dan lainnya. Bisa bosan mengalahkan sayang, cemburu melebihi kesetiaan, bahkan tak jarang nafsu duniawi seperti harta bisa lebih mendominasi dibanding rasa cinta.
Menjadi seorang istri itu berat. Melayani dengan penuh kepatuhan kepada sang suami yang mungkin bisa kapan saja kehilangan kebijaksanaannya. Mengabdi sepenuhnya terhadap sang suami yang bisa kapan saja kehilangan kearifannya. Menyupport para lelaki hebat yang didampinginya yang bisa kapan saja kehilangan semangat perjuangannya. Bahkan mencintai lelaki yang dicintainya yang kapan saja bisa kehilangan kecintaannya.
Menjadi seorang suami itu rumit. Mengayomi istri yang dicintainya disaat dunia bisa kapan saja menentang mereka. Menghidupi dan membimbing istrinya disaat mungkin saja setiap wanita bisa tergiur sekian banyak nafsu dunia. Melindungi dan memberikan rasa nyaman kepada keluarga yang mungkin bisa kapan saja dirinya sendiri sedang tidak berani menentang dunia. Dan bahkan mencintai kekasih hidupnya, menjaga kecintaan itu dan menerjemahkannya dalam bimbingan dan pertanggung jawaban tanpa batas.
Jika hal yang harus ditaklukkan istri adalah suami. Maka hal yang harus ditaklukkan seorang suami adalah dunia.
Itulah mengapa kata pertama dalam note ini adalah ‘membina’. Karena rumah tangga bukan hanya perihal cinta. Tapi kesiapan, kesanggupan, dan ikrar setia untuk menyayangi, mempertahankan, dan menjalani cinta yang ada dalam penghidupan yang lebih baik. Mengarungi kehidupan bersama, menjalani setiap badai bersama.
Rumah tangga bukan Cuma soal tinggal bersama. Tapi lebih tentang kesanggupan mempertahankan semuanya. Mempertahankan cinta. Pertanggung jawaban. Dan segala hal tentang orang yang kita sayangi untuk waktu yang bahkan kita sendiri belum tau ahkirnya. Rumah tangga adalah perihal keikhlasan dan tekad yang utuh untuk tak pernah akan mengarungi hidup dengan orang yang bukan istri/suami kita. Itulah kenapa Sesulit sulit menaklukkan dunia mungkin akan lebih sulit mempertahankan rumah tangga.
Anas bin Malik ra berkata, telah bersabda Rasulullah saw, “Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi.” (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim)
Semoga Allah memberkahi setiap hubungan pernikahan yang pernah ada. Amien.
Kea yang udah pernah nikaaaah... aja!!!
BalasHapus